Jumat, 09 Oktober 2009

Art-Living Sos 2009 (A-10 Nyapu Yang Beneeeer.....

Dear Allz....

Sudah agak lama juga ya, kita nggak saling menyapa ...hehehe....Paling saya yang berkicau-kicau sendiri...hmmh...Rasanya kangen juga . Setelah lebaran, saya memang agak sibuk sedikit...sama seperti para ibu lainnya. Yang mengalami sindrom ‘back to basic’, atau kata seorang sahabat saya, terkena gangguan flu asisten...(mau ngomong terus terang, kok nggak enak ya...).

Akibat endemi flu asisten itu, kita-kita terutama kaum ibu, harus merubah ritme hidup. Yang tadinya bisa lebih lama berdandan di pagi hari, beberapa waktu sejak lebaran hingga hari-hari ini terpaksa meluangkan waktu lebih pendek untuk berdandan. Dan sebaliknya, menambah waktu untuk beberes ini itu, urusan domestik yang nggak pernah ada habisnya.

Salah satu urusan domestik yang tidak bisa dialihkan ke pihak lain, adalah menyapu... ya... M-E-N-Y-A-P-U.

Dari jaman saya masih kecil, sampai seumur sekarang...urusan sapu-menyapu itu belum sirna dari rangkaian job-description di dalam rumah tangga. Saya jadi ingin berbagi pengalaman sedikit dengan teman dan sahabat, mengenai sapu-menyapu ini. Mau khaaaan ???

Ya, harus maulah...hehehehe....kan giliran saya yang cerita sekarang...

Oke, yaaa....sambil menunggu kembalinya para ‘asisten’ rumahtangga ke dalam kehidupan kita, mari duduk bareng dulu...dan ngobrol sejenak tentang MENYAPU.

Selamat menikmati....Semoga menjadi inspirasi...


Pojok Bintaro, 9 Oktober 2009
Salam sayang,


Ietje S. Guntur




Serial : Perempuan-perempuan
Art-Living Sos 2009 (A-10
Jumat, 09 Oktober 2009
Start : 09/10/2009 8:42:18
Finish : 09/10/2009 11:08:57


NYAPU YANG BENEEEEERR.....!!!


Pernah dengar kalimat seperti ini ,” Nyapu yang beneeeerr....kalau nggak bersih nanti dapat suami brengosan !”

Kalimat itu, dalam nada bercanda hingga serius dengan volume rock and roll sering saya dengar semasa masih remaja dulu. Barangkali bukan hanya saya. Teman-teman, sahabat, saudara-saudara saya , yang perempuan, juga tidak asing dengan kalimat dan pernyataan-pernyataan mitos seperti itu.

Anehnya, tanpa bermaksud membandingkan, kenapa saudara saya yang laki-laki tidak pernah diteriaki dengan kalimat yang sama. Atau paling tidak seperti ini ,”Nyapu yang bersih, biar dapat isteri yang cantik !” hehehe....

Kenapa...ya, kenapa hanya perempuan yang diteriaki oleh keluarga, paling tidak ibu, bibi, nenek dan tetua-tetua keluarga lainnya ? Apakah urusan sapu menyapu hanya urusan perempuan ? Halaaah...!!!

Truuuuuusss...ini yang lebih aneh. Apa hubungan antara ‘nyapu yang bener’ dengan suami yang brengosan...hahahaha....Brengosan itu kan seperti orang yang tidak bercukur beberapa hari, sehingga sekujur wajah ditumbuhi bulu-bulu. Jadi kesannya tidak rapi dan agak menyeramkan barangkali...heh heh...

Dan entah karena takut terkena ‘kutukan’ punya suami yang brengosan, atau karena sebab lain, membuat para gadis jaman dulu akan menyapu dengan sebersih-bersihnya. Tidak sambil lalu saja.



Ngomong-ngomong soal mitos sapu-menyapu ini, saya jadi berpikir-pikir : mengapa ada perbedaan mitos untuk perempuan dan untuk anak laki-laki ? Kenapa lebih banyak mitos yang dikenakan kepada anak perempuan, khususnya yang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan rumah atau istilah sekarang pekerjaan domestik ?

Di rumah saya dulu memang ada pembagian tugas rumahtangga, dan itu bukan karena perbedaan jenis kelaminnya. Saya, biasanya mendapat tugas menyapu dalam rumah dan halaman. Adik saya yang laki-laki mendapat tugas mengepel di dalam rumah. Adik-adik saya yang perempuan ada yang kebagian tugas mengelap perabot di dalam rumah, dan ada yang mengelap kaca jendela. Ada juga yang tugasnya mengurus adik saya yang paling kecil. Jadi adil buat semua.

Tapiiiiiii....sekali lagi, yang paling sering diteriak-teriaki agar menyapu dengan benar, ya memang hanya saya sendiri...hhmmh...Barangkali karena saya suka menyapu sambil bernyanyi-nyanyi...jadi dikira bekerjanya nggak serius yaa....hahaha...Padahal, menyanyi itu kan untuk menghibur hati agar tugas tidak terasa berat dan membosankan . Yang penting hasil akhir tetap beres...hehe....

Bukan sekali dua saya mendengar seruan, teriakan, sindiran, bahkan canda-canda seperti itu. Di rumah teman saya, sering juga saya mendengar neneknya menyindir seperti itu , dengan kalimat manis ,” Anak gadis kalau menyapu harus bersih sampai ke kolong-kolong meja dan lemari...nanti kalau tidak bersih bisa dapat suami berjenggot...”

Beda kata, tapi sama artinya ! Hihihi....



Mitos dan perempuan, dari satu sudut pandang memang bagus. Artinya, perempuan, yang menurut kodrat dan nilai di dalam masyarakat adalah penguasa domestik rumahtangga sudah seharusnya menguasai tugas-tugasnya dengan baik dan benar. Jangankan urusan yang besar-besar, urusan yang kecil-kecil pun harus dilatih, diulang-ulang sampai bisa dilakukan dengan baik. Dalam bahasa kantoran harus jelas targetnya, dipahami prosedurnya, agar hasilnya optimal.

Pertanyaan berikutnya : Kenapa menyapu itu penting ?

Kalau kita bicara soal sapu menyapu ini , memang kegiatan itu adalah bagian paling dasar dalam urusan rumah tangga. Hal ini bisa kita bandingkan dengan kegiatan rumahtangga lainnya. 

Masak memasak makanan misalnya, masih bisa beli matang dari restoran atau dari pedagang yang lewat di depan rumah. Dari mulai yang mangkal di restoran atau warung, hingga jasa layan antar dari restoran terkenal. Segala rasa dan segala harga. Mencuci dan setrika baju masih bisa dilakukan di tukang binatu atau jasa laundry yang sekarang ngetrend. Bahkan seperti di beberapa kompleks perumahan ada jasa pencuci keliling, yang mengambil cucian beberapa hari sekali. Mirip jasa laundry modern.

Mau tidak mau, urusan bebersih rumah dan sapu menyapu ini memang harus dikerjakan sendiri. Entah oleh pemilik rumah, termasuk deretan anak gadisnya, atau oleh pembantu rumahtangga yang sudah seperti properti wajib di dalam rumahtangga Indonesia saat ini. Beda dengan mengurus taman dan halaman rumah yang bisa mempergunakan jasa layanan taman atau tenaga outsourcing, maka urusan dalam rumah ini rasanya tak layak kalau diserahkan kepada pihak ketiga...apalagi minta tolong kepada tetangga sebelah rumah..hiehehehe...

Jadiiiii...kembali lagi, urusan mitos tadi memang sedikit banyak memang ada gunanya juga. 

Antara lain, untuk memotivasi para penghuni rumah, agar rumah terjaga kebersihan dan keindahannya. Agar penghuni rumah menjadi nyaman, dan agar tamu yang datang juga tidak merasa risih berada di lingkungan yang kurang bersih. Hanya saja, karena jaman dulu itu orangtua belum memahami teori motivasi modern , atau supaya gampangnya saja ( karena urusan mendapatkan suami itu seperti target bagi setiap perempuan...hiks hiks..)...jadi memotivasi para perempuan agar mau bekerja dengan baik dengan iming-iming dan ancaman sekaligus.



Masalah yang kedua....kenapa mitos menyapu dihubungkan dengan suami yang brengosan alias berambut atau berbulu acak-acakan di wajahnya ?

Barangkali ini ada juga kaitannya dengan target suami idaman para perempuan. Tak dapat disangkal, penampilan para lelaki juga menjadi target sasaran dari kaum perempuan. Jangan dikira, hanya laki-laki yang boleh menilai penampilan dan kecantikan perempuan... hehehehe...

Lelaki yang bersih, entah itu memang berwajah tampan atau sekedar bernilai pas-pasan memang lebih menarik dibandingkan dengan lelaki yang jorok, tidak memperhatikan penampilan, apalagi dengan rambut wajah yang seperti ladang lupa dibersihkan. Penampilan memang menjadi etalase untuk menarik perhatian orang. Dan laki-laki yang bersih memang layak menjadi bonus bagi perempuan yang mampu menjalankan tata laksana rumahtangga secara baik.

Dan barangkali, bagi para ibu dan tetua keluarga jaman dulu, lebih ampuh memberikan ancaman dibandingkan memberikan hadiah , semisal begini ,” Nyapu yang bersih Neng, biar dapat suami ganteng, kaya, baik hati dan tidak sombong....” Karena ternyata, para perempuan memang lebih terbiasa ditindas dan diancam , walau hanya dengan kata-kata, dibandingkan dengan diberi penghargaan atas apa yang dilakukannya...hiikkksss....



Kembali ke urusan sapu-menyapu dan jenggot-brewok-brengosan....

Sebetulnya, maksud dan tujuan para ibu dan tetua jaman dulu itu baik adanya. Kalau bukan kita sendiri yang mengurus, mengatur dan memelihara, siapa lagi yang harus melakukannya ? Menjaga milik sendiri, rumah dan segala isinya, seyogyanya memang dilakukan oleh kita sendiri.

Hanya saja, seiring dengan perkembangan jaman dan terjadinya perubahan fungsi dan nilai-nilai di dalam keluarga, maka urusan sapu-menyapu ini pun bisa dialihkan kepada pihak lain, terutama pembantu rumahtangga. Seandainya pun dilakukan oleh anggota keluarga, maka anak perempuan dan anak laki-laki juga mendapat porsi dan perlakuan yang sama. Jika di jaman dulu hanya anak perempuan yang memiliki job description sebagai juru sapu, maka sekarang anak laki-lakipun tidak canggung mengambil alih tugas bebersih dan sapu menyapu di dalam rumah. 

Yang penting bukan lagi proses, tetapi tujuan akhir...agar rumah menjadi bersih. Jadi, tanpa ancaman jenggot-brewok-brengosan pun tata laksana rumah tangga sudah berjalan dengan baik. Dan para perempuan boleh bernapas lega karena hadiah dari semua perbuatan tidak melulu ‘suami yang brengosan’ atau ‘ pangeran yang tampan’, tetapi rasa nyaman dan rasa memiliki yang akan menjadi bagian dari penampilan dan kompetensi pribadi.

Saya termenung. 

Entah karena hadiah karena dulu kalau menyapu rumah selalu bersih, atau memang karena takdir jodoh....ternyata hadiah dari urusan sapu-menyapu saya jaman dulu itu adalah.... Pangeran Remote Control yang ganteng....hehehe...eheeem....


♥♥

Jakarta, 9 Oktober 2009

Salam hangat,


Ietje S. Guntur
  

Special note :
Thanks buat ibu-ibu jaman dulu kala yang inspiratif dan memiliki local wisdom yang tak lekang dimakan waktu...hehe...

Tidak ada komentar: