Jumat, 22 Oktober 2010

Art-Living Sos 2010 (A-10 SEBENTAR

Dear Allz....

Hmmh...apakabaaarrr ? Semoga semua teman dan sahabatku sehat-sehat di akhir pekan ini, yaaaa...Sehat dan gembira, agar hidup kita menjadi lebih bermakna.

Mumpung sekarang hari Jum’at....akhir pekan...saya mau menyajikan sepotong kata saja, yang pendek dan sederhana, yaitu : SEBENTAR...

Nggak usah berpanjang kata seperti biasanya...hehehe...kita langsung saja, ya... Namanya juga sebentar....

Sebelumnya, ijinkan saya mengutip sedikit anekdot pendek mengenai kata ‘Sebentar’ atau ‘entar’, yang saya peroleh beberapa waktu lalu dari seorang sahabat ( terima kasih, ya...inspiratif banget).


Selamat menikmatiiiiiiiiii....have a nice day....


Jakarta, 22 Oktober 2010

Salam hangat,



Ietje S. Guntur


♥♥


Art-Living Sos 2010 (A-10
Selasa, 19 Oktober 2010
Start : 19/10/2010 15:12:11
Finish : 19/10/2010 17:33:15


SEBENTAR


Pertanyaan menggelitik : Berapa lamakah sebentar itu ?

Ide dari sebuah email seperti ini :
Mas Karjo jalan2 ke Mangga Dua mau melihat pameran komputer.
Mas Karjo penasaran dengan tulisan "ENTER" disalah satu komputer terus dia tanya ke SPG yang lagi membagikan brosur.

"Mbak mau nanya dong "ENTER" ini maksudnya apaan sih?"
Ternyata SPG-nya juga gaptek.
"Kayaknya untuk mempercepat program aja Mas!"

"Mempercepat gimana maksudnya Mbak?"
"Ya mempercepat aja, Mas . Kan kalau tulisannya 'ENTAR' jadinya lama!"


Cerita berikutnya.

Saya sudah berjanji dengan seorang teman, untuk bertemu di suatu sore. Saya sudah berada di tempat yang dijanjikan, ketika ponsel saya bergetar lembut. Sebuah pesan singkat alias SMS masuk. “ Sabar, ya. Sebentar lagi. Kena macet nih.”

Saya membalas cepat. “ Tidak apa-apa. Aku cari tempat dulu. Kira-kira berapa lama lagi ?” tekan tombol . Kirim.

Dalam hitungan detik, ponsel saya bergetar lagi. “ Wah, ndak tahu nih. Macetnya nyaris nggak bergerak.”

Saya memperkirakan, paling tidak yang dimaksud ‘sebentar’ oleh teman saya adalah sekitar 15 menit hingga setengah jam. Di sore hari Jum’at seperti ini, apalagi ditambah dengan hujan , maka kemacetan bisa terjadi dimana-mana. Urusan sebentar, tidak bisa lagi diukur dengan semenit atau lima menit. Sebentar itu pun bisa mulur, menjadi paling cepat 15 menit, dan paling lama ....ya, tidak terbatas...hmmm...



Di tempat lain. Di saat yang lain. Seorang teman mengeluh. Dia kehilangan tas berisi barang belanjaan yang diletakkan di dekatnya ketika sedang berjalan-jalan di pusat keramaian yang padat pengunjung.

“ Baru saja aku menoleh sebentar, tas jinjinganku sudah lenyap. Waduuuh...sial banget.” Wajahnya tampak jengkel dan gemas.
“ Lha, memangnya nggak dijaga ?” tanya saya. Prihatin.
“ Ya, dijaga. Aku Cuma bergeser beberapa senti meter, untuk melihat situasi. Eeeh, malah si tangan panjang lebih cepat dari kedipan mata. Gesit banget.”
“ Iyalah...mereka kan bekerja efisien. Secepat kilat.” Sahut saya lagi.
“ Hmmh...emang lagi apes. Untung aja, isinya bukan barang berharga. Tapi memang jengkel banget. Astagaaaa...kok bisa, ya...”.

Itulah. Sebentar yang terjadi kali ini memang sebentar yang sangat singkat. Mungkin hanya sekitar beberapa menit. Mungkin hanya beberapa detik. Ketika terjadi kelengahan, maka orang yang lebih gesit akan bergerak cepat .



Sebentar.

Itu memang hanya sebuah kata yang pendek. Tetapi seperti keadaan yang terjadi di sekitar kita. Sebentar itu bisa sangat relatif rentang waktunya.

Ketika kita menunggu seseorang, maka tidak ada waktu yang sebentar. Lima menit sudah lebih dari cukup untuk menguji kesabaran. Urusan ‘sebentar’ ini bisa menjadi dua bentar, tiga bentar...bahkan bisa menjadi seratus bentar kalau kita sedang menunggu sesuatu atau seseorang.

Gara-gara urusan sebentar ini , tidak jarang kita pun bisa berselisih pendapat dan bertengkar. Masing-masing orang akan mempergunakan ukuran sebentar, sesuai dengan kepentingannya. Sulit sekali untuk mengakurkan arti sebentar dalam satuan detik, menit atau jam. Belum pernah ada peraturan dan undang-undang, yang menyebutkan satuan ‘sebentar ‘ ini...heh heh..

Memang, dipikir-pikir, urusan sebentar ini erat kaitannya dengan waktu dan nafsu....hmmh...ssttt...tunggu dulu. Jangan murka.

Konon, orang yang bisa menahan nafsu, maka waktu ‘sebentar’nya bisa mulur menjadi lebih panjang. Contohnya, kalau kita sedang berpuasa menahan lapar, maka waktu sebentar kita adalah tidak makan dan minum selama sehari penuh. Kita akan bersabar sepanjang hari, dan menghitung waktu satu jam hingga lima jam sebagai bagian yang pendek dan hanya sebentar dibandingkan dengan waktu berpuasa seharian.

Tapi coba , kalau kita sedang kebelet mau buang air...( uuppss...maaf). Jangankan satu jam. Satu menit pun sangat berarti untuk kita. Siapa yang kuat menahan dorongan berkolaborasi...eh, bukan...dorongan untuk mengeluarkan isi perut dalam hitungan jam ? Kalau kebutuhan biologis akibat metabolisme usus sudah begitu mendesak, maka urusan sebentar benar-benar hanya dalam hitungan detik. Lewat dari detik itu, maka urusannya bisa gawat...hehehe...

Jadi memang nyata. Bahwa nafsu dan sebentar itu seperti saudara sepupu.

Kalau kita sedang menahan nafsu, maka semua seakan terasa lama. Tapi begitu nafsu dilampiaskan, maka waktu pun seakan bergulir sangat cepat. Setelah puas, biasanya kita bisa berkomentar ,” Aah...Cuma sebentar inilah !”



Selain tidak ada peraturannya, kata ‘sebentar’ ini juga bisa digunakan kapan saja, kalau kita mau menghindar dari sesuatu. Ibaratnya, kata ‘sebentar’ bisa dijadikan tameng untuk melindungi diri dari satu situasi yang gawat.

Misalnya kita mengatakan begini ,” Waduuuh...maaf, ya. Tadi saya ketemu dengan teman jaman sekolah . Jadi ngobrol sebentar. Keasyikan deh. Maklum sudah lama nggak berjumpa.” Bweeeh...basi banget...hih...hiiih...

Sebaliknya, kata ‘sebentar’ ini pun bisa dijadikan senjata untuk menyerang, kalau kita sedang memiliki kekuatan dan keperluan. Contoh-contoh di dalam komunikasi pemaksaan bisa dilakukan dengan kata ‘sebentar’. Misalnya begini ,” Pinjam mobilmu sebentar. Saya mau ke luar kota !” Dengan wajah galak dan mata membelalak.

Dari mana kita bisa mengukur, bahwa keluar kota bisa sebentar saja ? Hikks...tapi bukan karena kata ‘sebentar’ itu yang membuat kita mau meminjamkan mobil kita. Melainkan gaya dan wajah menakutkan dari orang yang menyemburkan kata ‘sebentar ‘ tadi.

Oya...kata sebentar juga belakangan sudah beranak-pinak dalam berbagai dialek daerah, terutama dalam pergaulan sehari-hari. Contohnya di Jakarta, kata sebentar telah berubah menjadi : Entar atau ntar. Penggunaannya pun bisa lebih fleksibel. Kita sering mendengar ucapan seperti ini ,” Iye...ntar-ntar aje !”. Yang kurang lebih artinya nanti saja. Bisa ditunda.

Contoh lain ,” Ntar dululah...gue lagi sibuk nih.” Artinya, nanti saja, bisa dikerjakan atau dilakukan lain waktu.

Bisa juga untuk ajang rayu merayu, seperti ini : “Ntar nih, kalo abang punya duit, adik akan abang belikan emas berlian dan sepatu kaca !” Huuu...gubrak banget deh. Hari gini pakai sepatu kaca ? Bukannya bisa belah dan luka tuh kaki ? Heh heh...



Kembali pada kata ‘sebentar’.

Setelah saya renung-renungkan, kata sebentar ini mengandung unsur subyektivitas yang sangat tinggi dan mengusung nilai-nilai yang sangat pribadi.

Kita jarang bisa mengakurkan nilai atau arti sebentar dengan seseorang. Bahkan dengan saudara kembar sekalipun, yang konon sering sehati dan sepikiran ( bener gak sih, kan kepalanya dua, dan jantungnya juga berbeda ?).

Itu sebabnya, karena nilai subyektivitas dari kata ‘sebentar’ ini begitu tinggi, maka seyogyanya kita harus berhati-hati dalam penggunaannya. Ketika kita berhadapan dengan orang yang memiliki kepentingan mendesak, maka kita dapat menenangkannya dengan kata ‘sebentar’. Tentunya dengan nada penghiburan. Tetapi hati-hati, bila kita menggunakan nada yang agak tinggi, bisa-bisa orang yang kita ajak bicara malah marah-marah karena merasa dipermainkan.

Masih ada lagi.

Sekarang coba perhatikan. Apakah ada di dalam komunikasi formal, seperti di dalam surat-surat perusahaan yang menggunakan kata ‘sebentar’. Misalnya di dalam sebuah proposal : “Dengan hormat. Sebentar lagi kami akan menerbitkan sebuah buku. Mohon bantuannya untuk sumbangan dana.”

Pihak penerima proposal pasti akan bertanya :” Sebentar itu, berapa lama ? Apakah ada kepastian ?”

Bahkan di dalam surat non-formal, kecuali sebagai bagian dari cerita, kita jarang menggunakan kata sebentar. Kata ini lebih banyak digunakan di dalam bahasa lisan yang bersifat pribadi. Kadang-kadang, kata sebentar yang bersayap ini juga digunakan oleh para politikus atau pengumbar janji untuk menyampaikan pesan-pesannya. Misalnya ,” Sebentar lagi daerah ini akan aman dari banjir.”...atau “ Sebentar lagi anak-anak kita tidak usah membayar biaya pendidikan .” ...eheem...



Itulah. Hanya dari sebuah kata, kita bisa mengambil banyak maksud dan tujuan. Kata yang kita pikir hanya sebuah kata sederhana, tetapi bila salah tempat dan salah waktu, akan runyam akibatnya.

Sebetulnya, saya masih ingin membahas mengenai kata sebentar ini lebih lanjut. Tapi..hmmh...tunggu sebentar, ya...saya mau mikir dulu...hehehehehe....

Sampai jumpa di episode berikutnya...Sebentaaaaaar lagi...



Jakarta, 20 Oktober 2010

Salam hangat,


Ietje S. Guntur

Special note :
Thanks untuk Edo yang telah mengirimkan joke yang inspiratif. Terima kasih kepada penulis joke yang telah saya kutip tulisannya...

Tidak ada komentar: