Minggu, 20 Desember 2009

Art-Living Sos 2009 (A-12 Lantas Lintas Tas...

Dear Allz...

Hari libur niiiih...lagi ngapain ? Lagi leha-leha...atau lagi mempersiapkan acara akhir tahun ? Waawww...asyik tuh...Akhir tahun, selain sebagai waktu mengevaluasi diri, juga waktunya untuk memberi imbalan atas hasil kerja sepanjang tahun.

Banyak cara yang bisa kita lakukan dalam proses evaluasi diri ini. Bisa dengan menyepi di atas gunung, atau menyelam di keheningan laut. Bisa juga dengan berkumpul bersama keluarga. Atau duduk saja sendiri di balik jendela sambil melihat ke langit biru...memandang awan-awan yang berarak sambil bertanya , “Dari mana mau kemana, Sahabat Awan ?”

Seperti awan yang berarak, meniti sebuah perjalanan. Hidup kita juga adalah sebuah perjalanan. Keberhasilan adalah tujuan. Dan tujuan itu sangat penting agar kita fokus dalam hidup ini. Tetapi proses untuk mencapai hasil juga penting. Kita hidup dan berkembang setiap hari. Kita hidup dan berinteraksi dengan berbagai orang setiap hari. Dan itulah yang membuat kita semakin matang. Membuat kepribadian kita semakin kuat dan mantap.

Oya...saya jadi mau berbagi cerita niiih...tentang sebuah sisi kepribadian. Yang dapat dilihat dari ‘apa yang kita pilih’. Di antaranya adalah ‘tas’....hahaha...iya, tas...penasaran ?

Hmmhh...supaya nggak penasaran berkelanjutan...silakan menikmati kiriman saya kali ini...
Selamat berlibur...selamat mengevaluasi diri...

Semoga berkenan,

Salam sayang yang selalu hangaaaaat....

Ietje S. Guntur


Art-Living Sos 2009 (A-12
Minggu, 20 Desember 2009
Start : 20/12/2009 6:25:00
Finish : 20/12/2009 8:47:52

LANTAS-LINTAS TAS....

Menjelang akhir tahun. Saya ingin memberi hadiah untuk...diri saya sendiri...hihihi...Ya, iyalah...sepanjang tahun saya bekerja. Boleh dong memberikan sesuatu untuk diri saya sendiri...hmmmm....

Saya sedang berpikir-pikir...hadiah apa, ya yang akan saya berikan ? Saya suka arloji, tapi arloji yang tahun kemaren dan kemarennya lagi masih ada. Sepatu ? Hm...dulu sih saya memang agak-agak sensitif kalau melihat sepatu...(nanti saya ceritakan ya..), tapi sekarang seiring dengan pertambahan usia ( lho apa hubungannya ?), saya jadi harus lebih selektif dan lebih suka pakai sepatu yang nyaman dipakai saja. Bukan yang asal indah dipandang. Oke..stop ! Hadiah apa lagi ya ?..ting tring ting....Saya suka tas ! Ahaaaa....tas...tas...tas...

Pssttt....jadilah...Saya membeli sebuah tas ! Ukuran besar. Warna merah ! Beeeughhh...merah. It’s not my color...not my favorite color. Tapi gak apa –apa khan ? Namanya juga hadiah...hahaha...

Setelah pulang ke rumah, tas ini saya bungkus baik-baik. Nanti...pada saatnya akan saya buka, sambil saya teriakkan ,” Horeeeee....aku dapat hadiah !”...hihi...ini memang kebiasaan saya. Ketika memberikan hadiah untuk diri saya sendiri. Seperti mendapat dari orang lain, tetapi yang ini ada lucu-lucunya dan lebih asyik, karena saya yang memilih hadiahnya sendiri...hehehe...

Ngomong-ngomong soal tas...Waaah...jadi malu hati juga. Bukan apa-apa...saya ini termasuk penggemar berat tas. Sangat berat. Dan sudah boleh dimasukkan ke dalam daftar tas-mania. Penggila tas. Dan saking ‘gila’nya, saya doyan segala tas. Dari yang harganya...hmm...lumayan mahal dibandingkan gaji bulanan saya ( dalam hal harga saya masih agak rasional)...sampai tas kelas kaki lima Malioboro yang harganya Cuma seribu sampai lima ribu rupiah...ahaa...dan semuanya akan saya pakai, sesuai dengan mood saya. Bukan hanya tas yang dibeli. Kalau perlu, saya buat sendiri. Jahit sendiri. Dari bahan katun yang tebal. Dengan model yang tentunya saya rancang sesuai dengan kebutuhan.

Nah, ini dia...tas saya memang hampir seluruhnya disesuaikan dengan kebutuhan ! Jadi kalau suami saya, Pangeran Remote Control, sudah panik melihat tas saya yang pabalatak ( berceceran – bahasa Sunda)...di seluruh penjuru rumah (kecuali dapur dan kamar mandi), saya bisa mempertanggungjawabkannya.

“Beli tas lagi ?” begitu biasanya dia membuka pertanyaan dengan pandangan tidak percaya, pada saat saya membuka bungkusan dari toko.

“Gini, lho Yah...tas ini buat bawa buku yang besar-besar. Kalau yang ini kan warnanya ungu, aku suka warna ungu. Jarang lho tas warna ungu, biar cocok sama baju yang ungu itu. Hmm...yang ini buat kalau jalan sebentar ke mal, nggak terlalu besar kan. Cukup pas dompet sama hape saja. Ohh...yang itu ? Kan kalau aku ngajar perlu tas yang bisa muat macam-macam, jadi sekali angkut bisa terbawa semua !” Saya memberi penjelasan dan argumentasi, yang standar.

 “Kalau yang ini kan bahannya katun, jadi nggak sayang kalau dibawa belanja ke pasar. Tuh, isinya besar, bisa buat menyimpan macam-macam. Yang putih itu ? Lha...lihat aja...lacinya banyak. Lagian kan aku jarang beli tas warna putih. Ini pas lagi diskon. Jadi nggak apa-apalah !” Saya menguatkan lagi...dengan alasan yang semakin tidak jelas...hihi...

Pangeran Remote Control biasanya Cuma bisa menatap nanar. Gemas. Karena dialah nanti yang harus mempersiapkan lemari atau rak untuk menyimpannya.


Saya sendiri tidak tahu sejak kapan saya jadi ‘penggila’ tas. Mungkin ini ada gen turunan juga, dari ibu saya yang kreatif itu...(piiiiis ya, Ma...hi hi). Dari jaman SD, ketika ayah saya membelikan tas sekolah wajib yang terbuat dari kulit berwarna hitam , yang kuat dan tahan lama, eeeh...ibu saya malah mengiming-imingi cara membuat tas dari plastik, rotan anyaman, dan kain sisa baju. Dan ternyata, tas buatan sendiri yang bentuknya beraneka itu asyik juga dibawa ke sekolah... hehehe...karena beda dari yang lain.

Jadilah...setelah itu, saya pun mulai suka dengan tas yang beraneka. Untuk sekolah, ya mau tidak mau saya terpaksa ikut pakem ayah saya. Sekolah adalah tempat yang serius. Jadi tas sekolah pun harus disesuaikan. Tas sekolah dari kulit, atau tas model kantoran echolac yang jaman dulu itu nge-trend banget. Hanya sesekali, ketika sudah SMA, saya berani pakai tas dari bahan jins dan ransel model tentara yang sudah afkir . Tapi di luar sekolah, saya pun membuat tas sendiri. Maklum, jaman itu belum banyak tas untuk ABG dan remaja seperti saya. Yang dijual adalah tas-tas gantung model tante-tante...hihi...mana cocok dengan kepribadian saya yang gagah jelita...

Memang, tas tidak bisa dilepaskan dari kepribadian ! Ini saya pelajari kemudian. Selain ukuran dan model tas, isi tas adalah cermin dari kepribadian kita.

Hmm...makanya...tas saya hampir selalu harus besaaaaaaaaarrrrr....supaya banyak isinya. Atau, kalau saya pakai tas kecil, pasti ada pendampingnya yang besaaaaaarrrr dan muat segala macam.

Coba saja dicermati.

Perhatikan, para wanita dan tasnya. Mulai dari ukuran dan modelnya. Ada yang suka model klasik dan isinya berukuran sedang. Biasanya orangnya juga tidak mau mengambil resiko besar. Hidupnya tenang, terarah, fokus, dan praktis. Isi tasnya biasanya juga selektif. Hanya yang penting dan perlu saja. Cukup untuk kebutuhannya sendiri, dan tidak merepotkan orang lain. Mereka juga lebih suka memilih warna-warna klasik, hitam atau coklat. Jarang sekali orang seperti ini akan nekad memilih tas warna merah, pink, apalagi ungu seperti saya.

Ada juga wanita yang lebih suka pakai tas kecil. Cukup memuat dompet kecil dan lipstik. Orangnya juga agak hati-hati, tidak gegabah. Tapi sayangnya kadang-kadang merepotkan orang lain. Karena dia lupa (atau malas) membawa sisir, jadi pinjam sisir orang lain. Lupa bawa bedak, jadi pinjam bedak orang lain. Lupa bawa tisu, jadi minta tisu orang lain. Yang paling aneh, suka lupa bawa uang kecil...hik hik..sehingga sering minta ditraktir orang lain...

Ada lagi...dan sekarang agak banyak, adalah wanita yang suka pakai tas besaaaaarrr...yang dua kali lipat badannya...hehehehe....Selain warna klasik, hitam , coklat, putih, abu-abu, juga suka warna-warni menyolok. Merah, ungu, pink, hijau ngejreng, kuning cerah dan warna permen lainnya. Isi tasnya...coba cek. Paling tidak ada 10 jenis isi, yang penting dan tidak penting bagi dirinya. Tapi selalu ada, karena mereka berprinsip ,” Mana tau ada orang lain yang membutuhkan !”

Jadi jangan heran, di dalam tas yang super besar ini, selain ada isi standar seperti dompet ( yang kadang tak kalah besarnya), lipstik, bedak, tisu, sisir. Juga akan mudah ditemui perabotan lain seperti gunting kuku (sebetulnya seberapa penting itu selalu ada di tas ?), obat-obatan (padahal belum tentu dia sakit kepala atau diare tiap hari), minyak gosok atau balsem, permen, coklat, cemilan, alat tulis (kayaknya nggak enak kalau tas tanpa pulpen dan secarik kertas), kacamata hitam ( memangnya mau kemana ?), scarf atau syal sutera (buat jaga-jaga kalau dingin atau untuk penutup rambut), gunting kecil , peniti, karet, korek api (bahkan bagi yang tidak merokok, karena korek api kan serba guna), pelembab kulit ( yeee...kenapa nggak sekalian di rumah, ya), parfum botol kecil ( ya untuk jaga penampilann dong), dan banyak lagi yang tersimpan di sana tanpa jelas maksud dan tujuannya... selain untuk meramaikan suasana...ha ha ha...

Nah, selain dari ukurannya bisa juga dilihat wanita yang membeli tas karena model tertentu dan mereknya.Wanita yang membeli tas ini bukan karena fungsi muatannya, tetapi fungsi sosialnya. 
Mereka membeli tas dengan merek dan model tertentu, untuk menunjukkan kelas sosialnya. Dan memang, secara ekonomi dan sosial mereka mampu atau dimampu-mampukan. Kelas sosial ini biasanya juga menjadi trendsetter, yang banyak pengikutnya. Itu juga sebabnya, jangan heran, kalau para follower ini akan rela memaksakan diri membeli tas bermerek tertentu agar sesuai dengan ‘tokoh’ panutannya. Paling tidak , ada rasa aman bahwa dia sudah bisa menyamai orang-orang yang dikaguminya. Bahkan, bila tidak mampu membeli dengan merek asli, mereka pun tidak sungkan membeli merek kelas dua, atau kalau di Pasar Mangga Dua Jakarta, dikenal dengan istilah KW 2, yang harganya pun sebetulnya masih di atas normal atau kurang normal...

Bila dikaitkan antara kepribadian dengan tas, saya setuju banget. Saya termasuk orang yang memiliki kepribadian ekstrovert, heboh, rada nekad...dan itu terlihat dari ukuran dan warna tas yang ‘saya banget’.

Lihat saja...dari segi ukuran tas, sudah pasti masuk ke dalam kategori pembeli tas super besar , yang kadang tidak seimbang dengan tubuh saya . Selain yang sudah disebutkan tadi, saya masih menambahkan lagi. Kamera ( ini wajib, dan tiap hari pasti saya bawa...untuk jaga-jaga...mana tau ada moment yang hanya sekali terjadi). Buku bacaan ( apa saja, yang sedang saya baca... setiap hari). Flashdisk (ini seperti dompet kedua buat saya...mana tau bisa kerja di jalan...ada ide yang bisa ditulis kalau saya sedang tidak bawa laptop). Dan...bila disesuaikan dengan kondisi... tentunya akan bertambah lagi...hehehehe....

Dan untuk warna....kan tadi saya sudah sebutkan, bahwa saya tidak membatasi warna tas saya. Warna apa saja, asal sesuai dengan mood. Yang terbanyak memang warna hitam, coklat dan ungu...hihi...tapi ada juga warna lain. Kecuali kuning ! Saya belum sanggup melihat kilauan warnanya, jadi yaaa...belum ada alasan untuk membelinya dan memilikinya.

Oya...tambahan lagi. Saya bukan pembeli tas yang brand-minded. Walaupun saya sudah kelayapan di pusat tas paling keren di dunia, Milan dan Paris, tapi saya tidak tergiur melihat pajangan tas di sana. Selain harganya yang masih belum cukup waras untuk dompet saya, modelnya juga kebanyakan ‘biasa-biasa’ saja. Saya masih cukup rasional untuk membandingkan, satu tas branded itu bisa dapat selusin tas dengan segala bahan dan ukuran di Bandung. Bahkan saat menghadiri sebuah kongres internasional di Berlin, dengan bangga saya memakai tas kain bersulam kristik buatan Bukittinggi...hmm...Buat saya, tas adalah ekspresi diri, untuk dinikmati sendiri...bukan untuk ajang pameran bagi orang lain...

Melihat banyaknya model tas, warnanya, serta mereknya, pasti para pihak sebelah wanita...kaum Pangeran Remote Control akan terheran-heran. Buat apa tas sebanyak itu ? Sementara para pria gagah ini Cuma butuh satu atau dua tas, yang kuat dan awet tanpa kenal peralihan jaman.

Pak...bro...jangan heran ! Justru ini peluang pasar. Wanita yang sehat, jarang sekali tidak tergoda untuk membeli tas lagi...dan lagi...dan lagi...walaupun lemarinya sudah penuh berjejal dengan tas segala model....he he he...

Kenapa ? Ya, karena itu tadi...tas adalah cermin kepribadian wanita... hiiiksss....

Sebetulnya...kembali kepada tas, kembali kepada diri kita sendiri .
Boleh saja kita mengikuti mode dan mengoleksi tas segala model dan merek, tetapi tetap harus kita perhatikan...bahwa kita harus yakin dengan pilihan kita...bahwa kita harus yakin dengan kemampuan kita...dan bahwa kita harus yakin, apa pun keputusan kita adalah bagian dari kepribadian kita yang akan dengan mudah dibaca oleh orang lain...

Jadi masih mau beli atau membuat tas sendiri ? Why not...!!! Let’s go madame....hehehehe...



Jakarta, 20 Desember 2009
Salam hangat yang ceria...

Ietje S. Guntur

Special note :

Thanks untuk teman dan sahabat-sahabat tas-mania...Kenyot, Sis Joe, Lisa, dan sangat spesial ...thanks juga buat Kuri yang menemani saat aku sakit kepala dan membutuhkan sebuah tas sebagai obatnya...hihi...juga mbak Irma, yang Cuma bisa geleng-geleng kepala dengan hadiah tas untuk diri sendiri...hahahaha...Oya, thanks buat My Pangeran Remote Control, yang rela berbagi lemari demi tumpukan tas-tas istimewa ini...dan untuk si Cantik yang sudah ketularan penyakit ‘tas-mania’ ...hmm...

Tidak ada komentar: