Hari libur niiiih...lagi ngapain ? Lagi leha-leha...atau lagi mempersiapkan acara akhir tahun ? Waawww...asyik tuh...Akhir tahun, selain sebagai waktu mengevaluasi diri, juga waktunya untuk memberi imbalan atas hasil kerja sepanjang tahun.
Banyak cara yang bisa kita lakukan dalam proses evaluasi diri ini. Bisa dengan menyepi di atas gunung, atau menyelam di keheningan laut. Bisa juga dengan berkumpul bersama keluarga. Atau duduk saja sendiri di balik jendela sambil melihat ke langit biru...memandang awan-awan yang berarak sambil bertanya , “Dari mana mau kemana, Sahabat Awan ?”
Seperti awan yang berarak, meniti sebuah perjalanan. Hidup kita juga adalah sebuah perjalanan. Keberhasilan adalah tujuan. Dan tujuan itu sangat penting agar kita fokus dalam hidup ini. Tetapi proses untuk mencapai hasil juga penting. Kita hidup dan berkembang setiap hari. Kita hidup dan berinteraksi dengan berbagai orang setiap hari. Dan itulah yang membuat kita semakin matang. Membuat kepribadian kita semakin kuat dan mantap.
Oya...saya jadi mau berbagi cerita niiih...tentang sebuah sisi kepribadian. Yang dapat dilihat dari ‘apa yang kita pilih’. Di antaranya adalah ‘tas’....hahaha...iya, tas...penasaran ?
Hmmhh...supaya nggak penasaran berkelanjutan...silakan menikmati kiriman saya kali ini...
Selamat berlibur...selamat mengevaluasi diri...
Semoga berkenan,
Salam sayang yang selalu hangaaaaat....
Ietje S. Guntur
Art-Living Sos 2009 (A-12
Minggu, 20 Desember 2009
Start : 20/12/2009 6:25:00
Finish : 20/12/2009 8:47:52
LANTAS-LINTAS TAS....
Menjelang akhir tahun. Saya ingin memberi hadiah untuk...diri saya sendiri...hihihi...Ya, iyalah...sepanjang tahun saya bekerja. Boleh dong memberikan sesuatu untuk diri saya sendiri...hmmmm....
Saya sedang berpikir-pikir...hadiah apa, ya yang akan saya berikan ? Saya suka arloji, tapi arloji yang tahun kemaren dan kemarennya lagi masih ada. Sepatu ? Hm...dulu sih saya memang agak-agak sensitif kalau melihat sepatu...(nanti saya ceritakan ya..), tapi sekarang seiring dengan pertambahan usia ( lho apa hubungannya ?), saya jadi harus lebih selektif dan lebih suka pakai sepatu yang nyaman dipakai saja. Bukan yang asal indah dipandang. Oke..stop ! Hadiah apa lagi ya ?..ting tring ting....Saya suka tas ! Ahaaaa....tas...tas...tas...
Setelah pulang ke rumah, tas ini saya bungkus baik-baik. Nanti...pada saatnya akan saya buka, sambil saya teriakkan ,” Horeeeee....aku dapat hadiah !”...hihi...ini memang kebiasaan saya. Ketika memberikan hadiah untuk diri saya sendiri. Seperti mendapat dari orang lain, tetapi yang ini ada lucu-lucunya dan lebih asyik, karena saya yang memilih hadiahnya sendiri...hehehe...
Nah, ini dia...tas saya memang hampir seluruhnya disesuaikan dengan kebutuhan ! Jadi kalau suami saya, Pangeran Remote Control, sudah panik melihat tas saya yang pabalatak ( berceceran – bahasa Sunda)...di seluruh penjuru rumah (kecuali dapur dan kamar mandi), saya bisa mempertanggungjawabkannya.
“Gini, lho Yah...tas ini buat bawa buku yang besar-besar. Kalau yang ini kan warnanya ungu, aku suka warna ungu. Jarang lho tas warna ungu, biar cocok sama baju yang ungu itu. Hmm...yang ini buat kalau jalan sebentar ke mal, nggak terlalu besar kan. Cukup pas dompet sama hape saja. Ohh...yang itu ? Kan kalau aku ngajar perlu tas yang bisa muat macam-macam, jadi sekali angkut bisa terbawa semua !” Saya memberi penjelasan dan argumentasi, yang standar.
Pangeran Remote Control biasanya Cuma bisa menatap nanar. Gemas. Karena dialah nanti yang harus mempersiapkan lemari atau rak untuk menyimpannya.
Saya sendiri tidak tahu sejak kapan saya jadi ‘penggila’ tas. Mungkin ini ada gen turunan juga, dari ibu saya yang kreatif itu...(piiiiis ya, Ma...hi hi). Dari jaman SD, ketika ayah saya membelikan tas sekolah wajib yang terbuat dari kulit berwarna hitam , yang kuat dan tahan lama, eeeh...ibu saya malah mengiming-imingi cara membuat tas dari plastik, rotan anyaman, dan kain sisa baju. Dan ternyata, tas buatan sendiri yang bentuknya beraneka itu asyik juga dibawa ke sekolah... hehehe...karena beda dari yang lain.
Memang, tas tidak bisa dilepaskan dari kepribadian ! Ini saya pelajari kemudian. Selain ukuran dan model tas, isi tas adalah cermin dari kepribadian kita.
Coba saja dicermati.
Ada juga wanita yang lebih suka pakai tas kecil. Cukup memuat dompet kecil dan lipstik. Orangnya juga agak hati-hati, tidak gegabah. Tapi sayangnya kadang-kadang merepotkan orang lain. Karena dia lupa (atau malas) membawa sisir, jadi pinjam sisir orang lain. Lupa bawa bedak, jadi pinjam bedak orang lain. Lupa bawa tisu, jadi minta tisu orang lain. Yang paling aneh, suka lupa bawa uang kecil...hik hik..sehingga sering minta ditraktir orang lain...
Jadi jangan heran, di dalam tas yang super besar ini, selain ada isi standar seperti dompet ( yang kadang tak kalah besarnya), lipstik, bedak, tisu, sisir. Juga akan mudah ditemui perabotan lain seperti gunting kuku (sebetulnya seberapa penting itu selalu ada di tas ?), obat-obatan (padahal belum tentu dia sakit kepala atau diare tiap hari), minyak gosok atau balsem, permen, coklat, cemilan, alat tulis (kayaknya nggak enak kalau tas tanpa pulpen dan secarik kertas), kacamata hitam ( memangnya mau kemana ?), scarf atau syal sutera (buat jaga-jaga kalau dingin atau untuk penutup rambut), gunting kecil , peniti, karet, korek api (bahkan bagi yang tidak merokok, karena korek api kan serba guna), pelembab kulit ( yeee...kenapa nggak sekalian di rumah, ya), parfum botol kecil ( ya untuk jaga penampilann dong), dan banyak lagi yang tersimpan di sana tanpa jelas maksud dan tujuannya... selain untuk meramaikan suasana...ha ha ha...
Mereka membeli tas dengan merek dan model tertentu, untuk menunjukkan kelas sosialnya. Dan memang, secara ekonomi dan sosial mereka mampu atau dimampu-mampukan. Kelas sosial ini biasanya juga menjadi trendsetter, yang banyak pengikutnya. Itu juga sebabnya, jangan heran, kalau para follower ini akan rela memaksakan diri membeli tas bermerek tertentu agar sesuai dengan ‘tokoh’ panutannya. Paling tidak , ada rasa aman bahwa dia sudah bisa menyamai orang-orang yang dikaguminya. Bahkan, bila tidak mampu membeli dengan merek asli, mereka pun tidak sungkan membeli merek kelas dua, atau kalau di Pasar Mangga Dua Jakarta, dikenal dengan istilah KW 2, yang harganya pun sebetulnya masih di atas normal atau kurang normal...
Bila dikaitkan antara kepribadian dengan tas, saya setuju banget. Saya termasuk orang yang memiliki kepribadian ekstrovert, heboh, rada nekad...dan itu terlihat dari ukuran dan warna tas yang ‘saya banget’.
Dan untuk warna....kan tadi saya sudah sebutkan, bahwa saya tidak membatasi warna tas saya. Warna apa saja, asal sesuai dengan mood. Yang terbanyak memang warna hitam, coklat dan ungu...hihi...tapi ada juga warna lain. Kecuali kuning ! Saya belum sanggup melihat kilauan warnanya, jadi yaaa...belum ada alasan untuk membelinya dan memilikinya.
Melihat banyaknya model tas, warnanya, serta mereknya, pasti para pihak sebelah wanita...kaum Pangeran Remote Control akan terheran-heran. Buat apa tas sebanyak itu ? Sementara para pria gagah ini Cuma butuh satu atau dua tas, yang kuat dan awet tanpa kenal peralihan jaman.
Kenapa ? Ya, karena itu tadi...tas adalah cermin kepribadian wanita... hiiiksss....
Boleh saja kita mengikuti mode dan mengoleksi tas segala model dan merek, tetapi tetap harus kita perhatikan...bahwa kita harus yakin dengan pilihan kita...bahwa kita harus yakin dengan kemampuan kita...dan bahwa kita harus yakin, apa pun keputusan kita adalah bagian dari kepribadian kita yang akan dengan mudah dibaca oleh orang lain...
Jadi masih mau beli atau membuat tas sendiri ? Why not...!!! Let’s go madame....hehehehe...
Jakarta, 20 Desember 2009
Salam hangat yang ceria...
Ietje S. Guntur
Special note :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar