Minggu, 10 Januari 2010

Art-Living Sos 2010 (A-1 The Toilet Gate...

Dear Allz....

Apakabaaaarrr ???? Hmhh....masih awal tahun 2010 niiiih...masih segar ya ? Lagi liburan khan ? Iyalah...hari Sabtu dan Minggu kan bisa disebut hari libur. Libur dari aktivitas rutin....dan menyelanya dengan kegiatan lain...hehehe...sama jugalah...

Kita memang perlu suasana lain dalam hidup ini, agar tidak jenuh. Agar hidup jadi seimbang . Ada saatnya kita bekerja rutin dalam sistem yang sudah mapan, tapi ada juga waktunya kita keluar dari sistem itu...dan out of the box. Termasuk pikiran-pikiran kita. Membebaskan pikiran memikirkan apa saja...termasuk yang ‘nakal-nakal’ sedikit.

Tidak ada salahnya sesekali berpikir ‘nakal’...seperti seorang anak kecil yang bebas berpikir apa saja. Yang bebas mengangankan apa saja. Sehingga tidak ada batas atau jarak yang membuatnya terpenjara. Seorang anak kecil yang merdeka adalah seorang anak yang kreatif...dan seringkali disebut ‘nakal’, karena mereka tidak sesuai dengan pakem lingkungannya.

Padahal belum tentu kenakalan itu betul-betul menghasilkan perbuatan yang salah. Banyak penemu dan visioner di dunia ini bermula dari pemikiran-pemikiran yang nakal. Bill Gates termasuk salah seorang ‘anak nakal’ yang tidak biasa.. Juga Mark Zuckerberg penemu Facebook, yang membuat kita bisa berkomunikasi di dunia maya dengan segala keleluasaan. Dia adalah seorang mahasiswa Harvard yang konon malah tidak menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi tempatnya menuntut ilmu.

Apa rahasia ‘pemikiran-pemikiran yang nakal’ itu ?

Tidak sulit...yaitu membiarkan inspirasi yang muncul seketika untuk tumbuh dan berkembang. Jangan pernah membunuh ide atau inspirasi apa pun...bahkan kalau dia terlalu nakal untuk diwujudkan. Toh, itu masih sebatas inspirasi. Dan inspirasi itu bisa menjadi karya yang luar biasa, bila kita dapat merumuskannya secara sistematis.

Banyak tempat untuk menemukan atau mencari inspirasi. Dan setiap orang punya tempat favorit untuk merenung dan mengeluarkan pemikiran-pemikiran yang out of the box. Saya sendiri punya tempat favorit...yaitu di toilet...hihihi...maaf...emang bener kok !

Mau ya, berbagi pengalaman sedikit tentang pengalaman di ruang tanpa batas itu ? Memang sih, selama ini toilet seperti sebuah ‘lokasi’ yang dipinggirkan...tapi lihat, betapa banyak pengalaman yang bisa kita peroleh dari sana...

Selamat menikmati...selamat berlibur...dan selamat berpikir nakal...hmm...

Jakarta, 10 Januari 2010

Salam sayang,


Ietje S. Guntur



Art-Living Sos 2010 (A-1
Senin, 04 Januari 2010
Start : 04/01/2010 23:49:20
Finish : 07/01/2010 15:22:04

THE TOILET GATE
Ada sebuah tempat
Yang terbelakang dan dianggap tidak penting
Tapi...apa jadinya kalau tidak ada dia ?
♥♥

Saya baru saja tiba di Bandara. Dalam sebuah rencana perjalanan ke luar kota. Selesai check-in di counter dan mengurus segala dokumen perjalanan , saya langsung lari terbirit-birit...mencari toilet...hihihi...

Maaf...udah dari tadi kebelet...nggak kuat lagi. Maklum kan, perjalanan dari rumah saya ke Bandara lumayan jauh. Jadi ya wajar saja kalau proses metabolisme sudah berlangsung dengan sempurna. Tidak ada hambatan untuk masuk dan keluar. Alhamdulillah...

Untung banget...kali itu toilet di bandara tidak penuh. Jadi saya langsung mendapat giliran. Biasanya sih, menjelang waktu keberangkatan banyak orang yang mengantri untuk menyalurkan kebutuhan pelepasannya. Iyalah...daripada nanti repot di pesawat. Apalagi kalau waktu tempuh perjalanannya cukup panjang dan lama...walaaah...

Tidak sekali ini saja saya kebelet di Bandara atau stasiun keretaapi. Dan bukan hanya di Bandara Jakarta. Dari mulai Aceh sampai Kupang, dari Jogyakarta sampai Makassar, juga di Bandara-bandara dan stasiun-staiun keretaapi di manca negara....yang saya kenal terlebih dahulu adalah toiletnya...hehehe...Bahkan, kalau hasrat sudah begitu melekat, saya tidak menunggu check in dan urusan imigrasi, yang penting lari ...ngibrit...ke toilet dulu...hmmm...



Hubungan saya dengan toilet ini boleh dikatakan cukup mesra. Sejak jaman kuliah di Bandung, saya telah dikenal sebagai fans of toilet... hahahaha...Bukan hanya pagi hari di kala temperatur memang dingin (Bandung tempo doeloe masih mengalami suhu sekitar 16-18 derajat C di pagi hari...hmm), tetapi juga siang, sore...dan kapan saja...Pokoknya kalau sudah 1-2 jam duduk di ruang kuliah...pasti deh kumat kebeletnya...hihi...

Tidak cukup menjadi fans sendirian...saya pun sering mengajak teman-teman untuk beramai-ramai ‘berkunjung’ ke toilet. Maklum saja, toilet di kampus kami jaman dulu agak gelap dan suram...jadi mirip suasana di film-film horor. Lampunya Cuma beberapa watt, dan lebih sering padam karena tidak ada aliran listrik. Jadi lebih nyaman dan lebih aman pergi ke toilet beramai-ramai. Seperti orang mau berdemo. Dan urusan ke toilet pun bisa sekalian...menyalurkan hasrat dan bertukar gosip...hiikksss...

Memang...terutama bagi wanita, urusan ke belakang ini tidak sekedar menyalurkan hasrat biologis. Tetapi juga mengandung unsur-unsur penyaluran psikologis juga...hehe...

Sejak mengalami masa-masa indah bergosip di toilet kampus, saya pun jadi ketagihan bertukar cerita dan bertukar informasi di toilet sampai saat saya bekerja di gedung-gedung perkantoran. Bener, lho...Apalagi kondisi toilet di gedung perkantoran masa kini luar biasa bersihnya. Selain untuk menyalurkan hasrat kebelet tadi, biasanya ruang toilet juga dilengkapi dengan wastafel yang airnya bersih, cermin dinding yang luas dan lebar, tempat duduk-duduk untuk istirahat, dan...aroma pewangi ruangan yang harum semerbak. 

Sering juga ruang toilet ini ditata dengan lampu-lampu yang terang dan hiasan dinding yang indah. Sehingga berada di toilet tidak hanya sekedar menyelesaikan tugas bermetabolisme, tetapi juga untuk merapikan dandanan, dan istirahat sejenak dari kepenatan di dalam ruangan kerja. Kadang, saya juga duduk diam-diam di dalam ruangan toilet, sambil melamun dan mendengarkan obrolan segala macam di sekitar saya. Geli juga sih...kok jadi seperti orang yang menguping pembicaraan orang lain...hmm...tapi kenapa juga mesti bergosip heboh di ruang publik seperti itu, ya ?

Belakangan, ruang toilet yang bersih dan wangi ini pun tak sekedar menjadi tempat pertemuan sambil lalu atau tempat bermenung dan escape from duty...hahaha...Sering juga terjadi, bagi karyawati yang berbeda unit dan berbeda lantai, memilih pertemuan sejenak di ruang toilet. Ngobrol sepotong dua potong, terkadang diseling dengan saling bertukar barang titipan, hingga dilanjut dengan menggelar barang dagangan...he he he....

Iya, lho...ini benar-benar kejadian. Ruang toilet yang bersih memang mirip kaki lima di pertokoan. Jadi, bagi yang kreatif dan memiliki jiwa bisnis, maka ruang ini pun dapat dimanfaatkan untuk menjajakan barang-barang yang dibutuhkan kaum wanita. Lihat saja. Mulai dari pakaian dalam, parfum, pakaian olahraga, sepatu, kosmetik, tas....hingga makanan-makanan kecil atau cemilan sah-sah saja digelar di ruangan toilet ini. Sungguh praktis. Tidak usah kuatir digusur petugas Tatib, tidak usah membayar pajak lokasi, urusan perdagangan bisa menjadi lancar.



Cerita tentang toilet ini tak sekedar di bandara dan gedung perkantoran saja. Di hotel, di pertokoan, bahkan kalau bertamu ke rumah orang. Di banyak tempat, kemana pun saya pergi, pasti yang saya incer duluan adalah toilet...wakakakaka....norak banget yaaakkk...!!! Ya, iyalah...itu kan termasuk kebutuhan pokok. Bukan sekedar makan dan minum saja, tetapi ini juga...termasuk kebutuhan lahir dan batin... Astagaaa...dibahas pula panjang-panjang...kkkrrrrrrrrrrr.....

Eeeeh, saya lanjutkan sedikit ya ? Gara-gara urusan toilet ini saya punya banyak pengalaman yang unik . 

Dalam sebuah perjalanan ke beberapa negara Eropa, penyakit saya kumat lagi. Begitu melihat toilet, saya buru-buru kebelet...hmh...kuatir kalau nanti pas kepengen nggak nemu toilet. Tapi...setelah menemukannya, beberapa kali juga saya sempat misuh-misuh, menggerutu...Hal ini terjadi gara-gara sekali melepaskan hasrat biayanya minimal 0,5 Eur, atau kalau dikonversi ke rupiah tidak kurang dari tujuh ribu rupiah...haaaahhh...??? Saya sempat membatin, “Orang lain pergi ke Eropa untuk tour of mal, tetapi saya malahan tour of toilet...Orang lain menghabiskan uangnya untuk berbelanja kebutuhan, saya malah menghabiskan uang untuk melepas kebutuhan..” heh heh...kacaawwww....

Saya lalu membandingkan dengan tarif toilet di Jakarta, yang paling mahal hanya Rp 2.000,- untuk hasrat yang paling besar. Kadang ditambah dengan acara mandi atau cuci muka segala. Dan kondisi toiletnya pun tidak jauh berbeda. Malahan toilet di Jakarta selalu ada air tambahan untuk membersihkan diri. Tidak seperti toilet-toilet di Eropa yang tidak ada shower atau penyemprot tubuh, apalagi gayung...Lebih mahal, tapi fasilitas lebih minim...uuuuuhhh....



Masih ada pengalaman lain tentang toilet...

Bagi wanita, toilet bisa juga jadi ‘properti gaul’. Hmmm...gak percaya ? Ini pengalaman saya sendiri. Ketika suatu hari saya diundang rapat di kantor Menko Kesra, sehubungan dengan aktivitas ‘jalanan’ saya. Dari semua peserta rapat, tidak ada satu pun utusan yang saya kenal. Dan semuanya duduk berjauh-jauhan, seperti orang bermusuhan. Mungkin karena masih saling sungkan, jadi tidak ada yang berani memulai perkenalan.

Saya mau mengeluarkan jurus gaul, tebar-tebar senyum, tapi kok para undangan yang sebagian besar bapak-bapak bergaya cuek saja, sambil pura-pura sibuk membaca brosur dan laporan entah apa. Jadi saya pun mulai mencari-cari akal untuk berkomunikasi. Masa sih jauh-jauh datang kemari tidak ada yang bisa diajak bicara ?

Lalu saya lihat seorang ibu, duduk sendirian dan tampak gelisah. Saya dekati beliau, sambil berbisik ,”Ibu, mau ke toilet nggak ? Saya mau ke belakang nih. Bareng yuk ?”

Si ibu menatap saya, wajahnya tampak sumringah. Lalu sambil berbisik dia menjawab ,”Waaah...dari tadi saya sudah kebelet, tapi saya tidak kenal siapa-siapa. Saya baru datang ke Jakarta .” Haaaa....??? Jadi dari tadi menunggu undangan ke toilet ? 

“Hmm...mau kemana ? Ke toilet ? Boleh ikutan ?” ibu yang di sudut lain melihat kami berjalan menuju ke luar ruangan , lalu ikut bergabung bersama.

Sambil berjalan beriringan, kami pun ngobrol. Ternyata beliau undangan dari wilayah Jawa Tengah dan dari Sumatra Utara . Hmm...jauh juga, ya...mau ke toilet saja mesti ke Jakarta dulu gitu loooh...hahahaha...Kami langsung akrab, dan bisa berbincang segala macam. Termasuk urusan-urusan kemanusiaan dan kewanitaan yang kami tangani dalam program kerja yang akan dibahas di dalam rapat itu nanti . 

Tak hanya sekali itu urusan toilet menjadi ajang pergaulan saya.

Dalam berbagai seminar atau pelatihan yang saya ikuti, termasuk bila saya yang menjadi pembicara, saya sering juga menggunakan toilet sebagai meeting point dan tempat saling berkenalan.

Sambil merapikan bedak dan lipstik di wajah, saya akan bertanya kepada peserta yang tadi kelihatan di dalam kelas. “Maaf, mbak...tadi ikut di kelas yang sama ya ?” atau hal yang umum ,” Hmm...dingin banget AC di ruangan, ya...jadi kebelet melulu deh !”

Biasanya, kaum wanita akan mudah bereaksi dengan hal-hal yang umum dan ringan seperti ini. Lalu, dari sekedar berkomentar, bisa dilanjutkan dengan pembicaraan lain yang lebih akrab. Tidak jarang, saling kenalan di toilet ini berlanjut menjadi sebuah jaringan pertemanan dan jaringan kerja.

Nah, siapa bilang urusan toilet hanya bermuara pada pelepasan kebutuhan saja. Dari toilet bisa berlanjut apa saja...




Lanjut...lanjut...lanjut cerita tentang toilet....

Barangkali....terinspirasi dari kebutuhan orang Indonesia akan pergaulan di toilet, ada sebuah restoran di Jakarta yang ruangan toiletnya sangat menarik. Tidak hanya desainnya saja yang artistik, tetapi di dalam ruang toiletnya pun dihias dengan pajangan foto-foto bintang film tempo dulu.

Saya sangat suka nongkrong di resto itu. Tidak hanya karena makanannya yang enak dan harganya kompetitif. Namun, duduk berlama-lama di toiletnya pun sangat menyenangkan dan sering mendatangkan inspirasi...hihihi...Tidak sia-sia rasanya mengisi perut dengan hidangannya yang enak lezat cita rasanya, tetapi kebutuhan lanjutannya pun tersedia dalam nuansa yang berbeda dari toilet biasa.



Kembali ke rumah....kembali ke urusan toilet...

Setelah seharian bekerja dan berkelana kemana-mana, saya menjadi seperti burung bangau. Setinggi-tinggi terbang bangau...baliknya ke pelimbahan juga.

Karena tahu persis kebutuhan saya akan toilet yang nyaman dan inspiratif, maka di rumah pun saya membuat suasana yang nyaman dengan kamar mandi dan toilet ini. Selain bisa untuk menyalurkan hasrat...maka toilet saya pun bisa menjadi ruang baca dan tempat bermenung mencari inspirasi...hihihi...

Jadi jangan heran...kalau banyak ide-ide atau gagasan saya yang sering out of topic dan tidak biasa...karena memperolehnya juga berkat renungan toilet yang nyaman dan aman. Dan kalau dipikir-pikir lagi...benar juga kata seorang sahabat saya, bahwa cerita-cerita saya tentang suasana toilet bisa menjadi sebuah berita...semacam toilet gate begitu...hmm...

Udah aaaah.....mau cari inspirasi lagi...Untunglah ada toilet...hehehehe...

♥♥♥

Jakarta, 7 Januari 2010
Salam hangat,


Ietje S. Guntur

Special note :
Thanks untuk sahabatku Ndaru, yang mencuatkan ide tentang Toilet Gate beberapa waktu lalu...hihi...juga sahabat-sahabat seperjalanan yang tahu persis kebutuhanku akan toilet...Neno, mb Nuki, Koko...Serta teman rombongan toilet tempo doeloe...Ari Pesut...(iiih...inget waktu di Bali ?? hiks hiks), Yuli, mb Tis, Titiek, Yenny...haha...tidak ada tempat ngobrol, ke toilet pun jadi...Dan sahabat-sahabat Toilet for friend...Nonce, Adith, Kun...(inget toilet di Sungai Batanghari ? hahaha...)...Oya, juga untuk resto & Cafe Batavia yang inspiratif...thanks buat semua properti yang meluberkan inspirasi luar biasa...

Tidak ada komentar: