Kamis, 14 Januari 2010

Art-Living Sos 2010 (A-1 Telor Dadar...

Dear Allz...

Apakabar ? Haiiiyaaaa....semoga kabar baik-baik dan sehat semua, yaaa...Sebelumnya, saya ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya...atas ucapan selamat dan doa yang disampaikan pada hari ini...hari peringatan kelahiran saya...kepada teman, sahabat, keluarga dan fans...termasuk ponakan-ponakan tercinta yang ngefans berat sama budhe dan uwaknya yang gaul ini...hihihi....

Bila kita runut ke belakang saya lahir ke dunia ini sekian puluh tahun lalu. Seharusnya, kepada ibu saya yang tercintalah ucapan ini disampaikan....karena beliau telah ikhlas mengandung saya selama 9 bulan lebih, melahirkan saya dengan susah payah...dan membimbing saya di dalam tumbuh kembang kehidupan ini...Hingga saya bisa bertahan di dalam dinamika kehidupan yang sangat beraneka...

Perjalanan hidup saya memang sudah cukup panjaaaaaannnggg dan lamaaaa....Dan semua itu membuat pengalaman saya juga cukup banyak...paling tidak untuk dibagikan dengan teman, sahabat dan keluarga saya...Tidak hanya pengalaman yang indah menurut standar umum, tetapi juga pengalaman yang pahit, asin, asam, dan pedas...seperti iklan permen...sejuta rasanya...

Memang...begitulah kehidupan kita...berawal dari benih...telur...kita tumbuh dan berkembang di dalam perjalanan. Barangkali orang bisa berasal dari awal yang sama, tumbuh di tempat yang sama, mengalami hal-hal yang sama...tetapi penyerapan, pemahaman dan interpretasi atas kehidupan itulah yang membuat orang berbeda. Itulah yang membuat setiap orang menjadi unik...dan barangkali aneh menurut ukuran orang lain....Itulah diri kita...

Di hari baik dan bulan baik ini saya ingin membagi renungan perjalanan hidup saya...yang mirip dengan telor dadar...hehehe...Mau khan ? 

Saya memang tidak bisa mengirim banyak-banyak...tetapi setiap orang bisa membuat telor dadar masing-masing...dan menikmati perjalanan hidup di dalamnya...

Selamat menikmati...dan selamat ulang tahun setiap hari...untuk setiap orang yang pernah hadir di dalam kehidupan saya....


Jakarta, 13 Januari 2010
Salam telor dadar special edition...

Ietje S. Guntur



Art-Living Sos 2010 (A-1
Serial : Food Psychology
Selasa, 12 Januari 2010
Start : 12/01/2010 9:48:37
Finish : 13/01/2010 12:47:24


TELOR DADAR....


Pagi-pagi. Hari Senin. Saya sedang bersiap-siap berangkat ke kantor. Setelah memeriksa isi tas dengan segala pernak-pernik yang berjubel di dalamnya (hahaha...sesuai kepribadian), saya mengecek tas perbekalan. Masih kosong. Hanya ada botol air minuman, yang wajib ada. Hmm...mau bawa sarapan apa, ya ?

Tiba-tiba saya kepengen makan telor dadar...ahaaa...nasi putih hangat dengan telor dadar diguyur kecap manis...hmmm...udah kebayang rasanya. Namanya perut kuli, kalo nggak ditendang sama nasi, kayaknya nggak semangat...hihi...apalagi nasi plus telor..waww... bisa bikin energi dan semangat naik seketika... 

Jadi deeh, saya langsung masuk ke dapur. Mempersiapkan ramuan untuk telor dadar kesukaan saya. Bawang merah, cabai merah, jamur champignon, merica....ahaaa...pasti sedap. Saya menghirup aroma yang menguar dari penggorengan...alamaaakkk...lezat nian...

Saya langsung mengepak kotak makanan, dan segera pamit berangkat ke kantor. Niatnya sih nasi plus telor buat sarapan di kantor, tapi kalau nanti di dalam perjalanan sudah kelaparan, ya apa boleh buat...pasti disantap juga..



Bukan hanya sekali itu saya berbekal telor dadar. Seringkali kalau sedang kehilangan inspirasi untuk masakan, saya akan kembali ke selera asal. Rumus telor dadar pun bisa berganti-ganti, sesuai dengan mood dan persediaan bahan baku di lemari.

Kadang saya membuat telor dadar dengan isian wortel yang diiris halus...tetap dengan campuran bawang merah. Bentuknya jadi tebal dan gemuk, dan tentunya lebih bergizi karena ada sayurannya. Walaupun sahabat saya yang ahli gizi menasehati agar menyantap wortel dalam keadaan segar, saya lebih suka bila wortel dicampur di dalam telor dadar atau sup...hmmm...

Saat yang lain, saya mengadon telor dadar dengan irisan kol dan jamur...hehehe...Memang jamur bisa menjadi pendamping di mana saja. Apalagi kalau ada di dalam adonan telor dadar...rasanya lebih kenyal-kenyil...tambah enak...malah bisa dimakan begitu saja, tanpa nasi...

Oya...kalau sedang kreatif, kadang saya membuat telor dadar yang diiris-iris...lalu dicemlungkan ke dalam kuah semur...Jadi deeeeh... serasa menyantap steak telor...heeem..heeemm...nyam...nyam...



Ngomong-ngomong soal telor dadar...eeeh, kok enakan ngomongnya telor dadar daripada telur dadar, ya...hahahaha...lebih bulat gitu rasanya...
Teloooooor...wakakakaka...padahal sih bentuknya sama aja yaaa... Banyak sekali pengalaman dan cerita tentangnya...Coba deh disimak.

Duluuuuu....ketika saya masih kecil, jamannya ayam masih ayam kampung peliharaan di rumah, telor ayam termasuk makanan yang mewah dan mahal. Maklum, ayam betina yang hanya bertelor sekitar 10-14 butir, biasanya lebih sering dierami agar menjadi ayam beneran...bukan ayam telor-teloran. Jadi bisa menyantap sebutir telor ayam seminggu sekali sudah luar biasa. Kalau mau beli di pasar harganya juga lumayan mahal.

Untung saja ibu saya yang kreatif itu punya banyak ayam peliharaan. Beberapa ekor di antaranya memang khusus untuk ayam petelur... (nah, kalau jadi ayam namanya petelur, bukan petelor...wkwkwkw..). Sehingga dalam seminggu kami punya kesempatan untuk menyantap telor dadar beberapa kali. Tetapiiiiiiii....mengingat jaman dulu itu memang jaman serba prihatin, jadi deeh...tuh telor dadar harus dibagi menjadi beberapa potong. Supaya kelihatan banyak, dua butir telor ayam dikocok sampai berbusa-busa...kadang dicampur air sedikit supaya cairannya banyak. Lalu setelah matang, akan dibagi 3 atau 4 potong...Rasanya memang nikmaaaaat banget...Serba sedikit, tapi rasanya lezat luar biasa...

Kayaknya bukan hanya keluarga kami saja yang berhemat-hemat dengan telor dadar. Tetangga kiri kanan, tetangga jauh dan dekat juga mengalami masa emas menyantap telor dadar yang dipotong kecil-kecil...hihi...Dan biasanya kami dengan bangga akan cerita ke teman bahwa pada hari itu menyantap lauk telor dadar...hahahaha...norak-norak bergembira banget...

Telor dadar ini pun tak hanya untuk lauk sehari-hari. Dalam sajian makanan ulang tahun, semisal nasi kuning atau nasi gurih, telor dadar juga wajib ada di dalamnya. Dan seperti telor lauk sebelumnya, untuk nasi ulang tahun ini pun diberi telor dadar yang dibuat tipiiiiiiiiiis banget...dicampur air dan sedikit tepung serta perasa tambahan, lalu diiris halus...mirip pita. Dan ditaburkan di atas nasi kuning... menambah semarak nasi dengan warna kuning emas yang ngejreng di antara lauk lainnya.



Cerita tentang telor dadar tak berhenti di rumah saja.

Saking ngetopnya urusan si Telor Dadar ini, di hotel-hotel dan restoran berbintang pun acap disajikan telor dadar dalam berbagai versi. Di hotel internasional atau resto bergaya western, telor dadar akrab disebut dengan omelette. Sedangkan di resto China, telor dadar ini tampil dengan nama Fuyunghai atau Puyunghae....(nih pasti resto China lokalan van Java...hehehe...). Sedangkan di resto Padang, telor dadar sudah begitu tebal dengan berbagai campuran sehingga mirip martabak...

Saking doyannya makan telor dadar, karena buat saya ini termasuk makanan yang ‘aman’, maka di mana pun saya berada, selalu memesan telor dadar alias omelette. Biasanya sih telor dadar ala hotel yang disebut omelette itu dimasak dengan cara khusus sehingga mirip guling, dengan isian bermacam-macam. Selain itu, walaupun sisi luarnya matang, dalamannya agak basah dan demek-demek...sehingga rasa isiannya masih terasa aslinya.

Nah, berkaitan dengan telor dadar ala hotel tadi, saya pernah punya pengalaman lucu dengan seorang sahabat saya. Dalam sebuah perjalanan ke Kendari, kami menginap di sebuah hotel yang baru diresmikan. Karena tiba di sana sudah malam, kami memesan makanan di dalam kamar saja. Saya bilang ,” Pesan omelette sama nasi putih saja, biar ada tenaga.”

Jadi deeh..setelah pesanan datang, kami pun menyantapnya. Tapi penampilan si Omelette jauh banget dari imajinasi kami yang sudah terbiasa dengan telor dadar ala hotel bintang. Lho...kok ini mirip telor dadar yang tipis kurus seperti kertas ?

Sambil duduk berselonjor kaki di lantai, menyantap nasi dan telor dadar ala lempengan kertas tadi, kami berbincang ,” Barangkali kokinya pikir, makan nasi ya cocoknya sama telor dadar rumahan...”, kata saya. “Hmm...barangkali ini yang memasaknya satpam, karena kokinya sudah pulang ....hehehe...” Sahut teman saya. Jadilah kami malah berdiskusi seru dan ketawa-ketawa di malam buta gara-gara urusan telor dadar.

Keesokan harinya, kami memesan omelette lagi untuk sarapan. Dengan harapan, kalau pagi hari telornya akan menjadi seperti di resto...Tapi apa daya...pagi harinya pun kami mendapat telor tipis lagi... hahahaha...Saya bilang ke teman saya ,”Ya, sudahlah...besok-besok kita buka kursus masak telor dadar saja di sini...”.

Sejak saat itu, kalau saya memesan omelette, saya harus meyakinkan betul, bahwa yang saya pesan adalah telor dadar yang dimasak dengan bentuk mirip guling...hehe... Iyalah...beda nama beda pengalaman...Jadi agar antara imajinasi bisa dekat dengan kenyataan , kitalah yang harus merumuskan harapan kita sesuai dengan realitas yang ada...



Melihat begitu banyaknya ragam telor dadar dan proses memasak serta penyajiannya, saya jadi merenung...

Telor dadar, asal usulnya kan dari telor ayam atau telor unggas lainnya...tetapi ketika bersentuhan dengan selera, maka isinya bisa bervariasi dan namanya pun bisa beraneka. Tampilan pun disesuaikan dengan namanya. Bahkan kelasnya pun bisa dari kelas rumahan, warungan, hingga resto dan hotel bintang lima.

Seperti kata pepatah, “ lain lubuk lain ikannya, lain padang lain belalangnya...” Jadi bisa juga lain telor lain dadarnya.... hahahahaha....

Tanpa kita sadari, telor sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Selain sebagai sumber pangan dan gizi yang unggul, pengolahan telor juga menunjukkan tingkat kebutuhan dan budaya makanan kita.

Pertanyaannya : Kenapa nasi ulang tahun harus pakai telor dadar ? 

Tidak lain, karena telor adalah sumber kehidupan...telor adalah benih untuk ditumbuhkembangkan...Dengan demikian, diharapkan dengan adanya telor dalam hidangan ulang tahun akan membuat kehidupan orang tersebut akan berlanjut dengan kebaikan...kesehatan...dan dinamika kehidupan yang penuh warna...

Telor dadar memang hanya makanan sederhana dari ‘telor’...eeeh, ‘telur’... tetapi kalau dimodifikasi, ia bisa tampil mewah dan sesuai dengan berbagai suasana . Ketika kita menelusuri berbagai kisah dan pengalaman di dalamnya maka akan banyak cerita yang beraneka. 

Sama dengan diri kita sendiri. Hidup kita pun demikian...dari hal-hal sederhana, dengan kreativitas dan kemampuan menyesuaikan diri..... maka perjalanan hidup kita pun akan menjadi kaya...

Suka telor dadar ? Mari kita coba....eheeeem....





Jakarta, 13 Januari 2010

Salam sayang,



Ietje S. Guntur

Special note :
Thanks buat Dewi Ika...dan inspirasi tentang telor dadar omelettenya ....hehehe.... kenangan yang lucu dan indah sekali...kapan kita menjelajah telor dadar lagi, ya ? Juga buat adikku, But...yang dulu selalu minta ‘telor dua’...walaupun hanya dua iris telor dadar...hi hi...so sweet memory...

Tidak ada komentar: