Sabtu, 06 Agustus 2011

Art-Living Sos 2011 (A-8 Si Hitam Manggis

Dear Allz…

Apakabar teman dan sahabatku semua ? Ini adalah minggu pertama bulan Ramadhan tahun 1432 H…ahaaa…tentunya ada perubahan di dalam aktivitas kita sehari-hari, ya ? Bagi yang menjalankan ibadah puasa, saya sampaikan selamat menjalankan ibadah puasa…semoga keikhalasan kita mendapat imbalan dari Allah SWT…dan bagi yang tidak berpuasa…saya sampaikan terima kasih telah bertoleransi terhadap sahabat-sahabat yang menjalankan ibadahnya…

Hmmh…alangkah indahnya toleransi. Alangkah indahnya perbedaan . Justru karena berbeda itulah kita menjadi kaya. Kita menjadi semakin matang dan luas pengalaman. Coba saja, kalau dunia ini hanya satu warna…apakah tidak membosankan ? Pasti bosaaaan bangeeet !! Sungguh Allah telah menciptakan dunia yang berwarna-warni…dari hitam, merah, hijau, biru, kuning, orange, abu-abu, coklat, nila, ungu…hingga putih…sehingga kita dapat memilih, dapat belajar…tentang warna dan maknanya…

Naaaah…mumpung di hari baik dan bulan baik ini kita sedang berbincang tentang warna, saya pun jadi ingin ikut berbicara tentang warna…Hitam ungu bluwek dan putih…yang ada di dalam sebuah manggis. Hmmmh…pernah mengenal manggis ? Pernah menyantapnya ?

Kalau sudah pernah, mari siniiiiii….kita berbagi cerita…Dan bagi yang belum pernah melihat atau menyantapnya…siniiiii…saya kirimi sebuah manggis yang lezat dan eksotis rasanya….

Selamat menikmati…semoga berkenan….

Jakarta, 6 Agustus 2011

Salam hangat,


Ietje S. Guntur

- Di siang hari yang sejuk lembut…

♥♥♥




Art-Living Sos 2011 (A-8
Rabu, 03 Agustus 2011
Start : 03/08/2011 9:42:43
Finish : 06/08/2011 13:11:25


Si HITAM MANGGIS

Saya sedang berlibur, di Padang. Kota di pantai barat Sumatra ini sudah seperti kampung halaman kedua buat saya, setelah Medan...hehe...Begini nih kalau anak Puja Kesuma...Putera Jawa Kelahiran Sumatra...Kampung halamannya ada di mana-mana...
Kepulangan saya sekali ini, sekalian melihat rumah dan ziarah ke makam ayah saya yang wafat beberapa tahun lalu. Berziarah bagi saya seperti setetes air sejuk di tengah kegersangan. Ada nuansa rindu, dan biasanya setelah kunjungan itu saya akan bersemangat lagi. Seakan semangat ayah saya terbawa ke dalam sanubari....hmmmh...kenapa jadi mellow ya...??

Naaah, biasanya...kalau sudah mudik seperti ini, saya dan adik saya akan melakukan aktivitas dan ritual yang nyaris sama dengan saat kedua orangtua kami masih ada. Salah satunya adalah belanja ke Pasar Tanah Kongsi, di daerah Pondok. Ini merupakan daerah lama, yang dulu dibangun oleh Belanda. Salah satu bangunan yang masih utuh di sana bertahun 1909. Padahal belum lama ini Padang diguncang gempa yang cukup dahsyat, dan nyaris meluluhlantakkan sebagian besar bangunan di kota ini. Tapi untunglah...masih banyak bangunan lama, atau bangunan yang dibangun dengan konstruksi kuat dapat bertahan.

Saya dan adik saya, menyusuri pasar, dan mencari-cari pedagang lama yang menjadi langganan ibu saya. Ada penjaja kue basah, penjaja bihun dan kwetiaw goreng, pedagang sayuran, pedagang bumbu dapur, toko pecah belah, dan toko P & D yang sudah lama sekali menjadi langganan kami.

Tiba-tiba saya melihat pedagang buah tradisional yang menjajakan dagangannya di atas lapak kayu dengan tenda plastik seadanya. Saya katakan buah tradisional, karena dia memang hanya menjual buah-buahan lokal, yang barangkali dipetik dari kebun sendiri. Ada jambu air, duku, bengkuang, sirsak, pepaya, dan setumpuk buah manggis. Saya tertarik melihat jambu air yang segar dan manggis, yang sayangnya tidak terlalu segar lagi.

“ Pak, kenapa manggisnya kecil-kecil dan warnanya kusam begini ?” tanya saya. Sambil memegang sebuah manggis yang agak layu.
“ Iya, Bu...sekarang sulit mendapat manggis yang bagus. Sudah diborong sama tengkulak buah, katanya diekspor ke negeri sebelah. Saya hanya dapat segini, harganya pun mahal.”
“Ohh...padahal saya kepingin juga nih. Sudah lama tidak makan si Hitam Manis ini..,” sahut saya sambil memilih beberapa buah manggis. Apa boleh buat, tidak ada yang bagus mulus. Sebagian besar agak layu dan kusam. Akhirnya setelah pilih-pilih, manggis yang warna kulitnya hitam bluwek dan jambu air pun ditimbang, dibungkus, dan dibawa pulang. Demi memuaskan rasa rindu dan penasaran.



Buah manggis, atau punya nama bagus mangosteen adalah buah tropis, yang banyak tumbuh liar di hutan dan di kebun-kebun . Ia merupakan tanaman yang banyak tumbuh di kawasan Asia Tenggara. Pohonnya tinggi, dapat mencapai antara 10-20 meter dan buahnya berkulit ungu kehitaman, sebesar bola tennis. Berbeda dengan kulitnya yang hitam dan kadang agak bluwek, di bagian dalam manggis, buahnya berwarna putih seperti kapas, dalam potongan pasi atau tampuk. Pada umumnya satu buah manggis terdiri dari 5 atau 6 pasi, dan katanya bisa ditebak dari tampuk manggis di kulitnya...hehe...

Saya jadi ingat, jaman masih kecil dulu, buah manggis termasuk buah yang sangat mudah diperoleh di pasar. Harganya pun murah meriah. Anak-anak sangat suka memakan buah yang manis agak berair ini. Dan seperti tadi, sebelum menyantap buahnya, kami sering main tebak-tebakan dulu. Yang tebakannya benar, boleh memakan manggisnya. Yang tebakannya salah, harus menyerahkan manggis itu kepada temannya. Mula-mula tebakan itu hanya iseng, tapi lama kelamaan kami belajar, bagaimana menebak yang benar. Bila putik tampuknya masih lengkap, agak mudah menebak isinya. Tapi kalau sudah digunduli hingga mirip dengan bola tennis polos, maka kami akan mengalami kesulitan. Hal itu menyebabkan tebakannya ngawur...asal-asalan....hehehe...Tidak penting benar atau salah. Yang paling mengasyikkan adalah menyantap manggis bersama-sama...dan setelah itu dilanjutkan dengan main perang-perangan...lempar-lemparan kulit manggis...hahaha...Iseng amaaatt...!!



Selain di pasar, manggis juga mudah tumbuh di halaman rumah. Tetapi karena pohonnya tinggi menjulang, hanya rumah dengan halaman besar dapat memelihara manggis. Saya ingat, di halaman rumah kami di Padang Sidempuan, di daerah Tapanuli Selatan ( masuk propinsi Sumatra Utara) ada sebatang pohon manggis di halaman belakang, yang tumbuh berhimpitan dengan pohon mangga kwini, pohon buah kecapi (ada yang bilang buah sentul ) , pohon langsat, dan entah pohon apa lagi. Pohon ini sudah ada ketika kami pindah ke rumah itu. Berdiri tegak di pinggir pagar, berbatasan dengan tanah kosong yang tak jelas siapa pemiliknya.

Kami sering mengalami kesulitan untuk memetik buah manggis ini, karena di bawahnya penuh dengan semak belukar. Sebentar dibersihkan, tidak lama belukar itu tumbuh lagi. Jadi kami hanya bisa menjolok dan menyinggat buahnya dengan tongkat panjang yang memiliki pengait di ujungnya. Ada juga beberapa teman yang nekad memanjat, dengan resiko dirubung dan digigit oleh semut-semut yang banyak mencari penghidupan di pohon manggis itu.

Belakangan, karena lahan kebun semakin sempit, dan juga masa tanam pohon manggis ini sangat lama – hampir sepuluh tahun baru menghasilkan buah, maka pohon manggis juga semakin langka. Sementara itu, dari banyak penelitian yang telah dilakukan , buah manggis, terutama kulit buahnya sangat bermanfaat untuk obat. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa ada zat tertentu di dalam kulit manggis memiliki khasiat untuk meningkatkan kesehatan. Dan lebih hebat lagi, dapat digunakan sebagai pengobatan penyakit kanker dan HIV AIDS...woooww....

Pantas saja negeri jiran di sebelah begitu bernafsu untuk berburu manggis. Mengingat kegunaan buah manggis yang luar biasa, sementara lahan kebun mereka terbatas, maka jalan paling cepat adalah mengimpornya dari negeri kita. Tidak heran juga, kalau sekarang buah manggis juga semakin langka di pasar buah tradisional kita. Kalau mau mendapat buah manggis yang kualitasnya bagus, maka kita harus mencarinya di toko buah khusus, berdampingan dengan buah impor yang berkelas dunia...hmmh...



Ngomong-ngomong tentang manggis. Si hitam bluwek ini juga memiliki nama lain, yaitu The Queen of Fruit. Konon menurut sejarahnya, dahulu Ratu Victoria dari Kerajaan Inggris Raya sangat menyukai buah ini. Di sekitar tahun 1800-an beliau pernah menyelenggarakan semacam sayembara yang berhadiah sejumlah uang, bila ada orang yang dapat membawakan buah manggis kepadanya. Untuk membuktikan bahwa buah yang lezat ini benar-benar ada, dan bukan sekedar legenda.

Di Indonesia sendiri, dan di beberapa Negara Asia Tenggara, buah manggis telah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Bahkan kulitnya telah dibuat menjadi obat sakit perut, dan sebagai bahan pewarna kain. Ada beberapa jenis manggis yang semuanya masuk dalam keluarga besar Garnicia Mangostana, dan masing-masing memiliki rasa yang lezat dan agak eksotis…hmmh…Buah rasa eksotis…pasti wooow banget , ya ?

Sambil menimang-nimang si Buah Manggis ini saya merenung. Sungguh berbeda antara kulit luarnya yang berwarna ungu kehitaman dan agak bluwek dengan bagian dalamnya yang putih dan manis. Orang tidak mudah jatuh hati pada tampilan luarnya yang tidak menarik. Tetapi sekali mencoba mencicipi manggis, bahkan seorang ratu Victoria yang telah memiliki segalanya pun langsung jatuh hati dan tergila-gila…ahaa…

Saya jadi bercermin dengan kehidupan kita sendiri. Kita, dengan keterbatasan wawasan dan pengetahuan yang kita miliki, seringkali menilai orang dan lingkungan hanya dari tampilan luarnya. Kita hanya melihat sisi luar yang hitam bluwek, dan tidak terkesan untuk mengetahui lebih dalam tentang isinya. Kita cenderung berprasangka , bila melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan kita.

Padahal kalau kita mau belajar dari sebuah manggis…justru di dalam kulit hitam ungu bluweknya itu terkandung khasiat dan manfaat bagi orang banyak. Seandainya sajaaaaa….kita mau belajar sedikit dari guru kehidupan yang sederhana ini…

Jakarta, 6 Agustus 2011

Salam hangat,

Ietje S. Guntur

Special note :
Terima kasih atas persahabatan sahabat-sahabat manggisku…sepintas kalian memang agak aneh, unik, bahkan mungkin dianggap gila…Tapi perjalanan dan waktu telah membuktikan, bahwa kalian adalah sahabat-sahabat terbaik yang pernah aku miliki…terima kasih Kuri, Kenyot, Tektek, Kilil, Nonce, Irma, Rius, mb Tari-Jogya, Adith-Kun-Tyo-mas Dwi-mas Hamid Ho, Nia, Indra and the SDM Global family…sahabat-sahabat SMANSAku…Vera-Ninin-Ully-Tiur-Ellina-Erina-Linda-Douglas-Kunek-Manal-Todo-Iwan-Jonner-Zul…sahabat TK dan SD… Erna-Dahlia-Tuti-Lolly…sahabat Arisan yang tak pernah ditarik…Neno-Koko-Eyang Nuki-Mb Nuke-Ndaru-Mas Bugo-Apin-RI 1…Juga…sahabat-sahabat kecilku di Padang Sidempuan… Hamdan, Anwar, Tuti..dan geng belakang rumah yang mengajari aku cara menyinggat buah manggis…Pokoknya semua-mua dech…yang mewarnai hidupku seperti kulit manggis yang bluwek..hehehe…I love U Allz…

♥♥

Ide :
1. Manggis adalah buah hutan yang kulitnya berwarna ungu tua kehitaman, dengan isi yang putih dan berasa manis.
2. Dulu manggis tumbuh liar di kebun, dan di hutan-hutan. Pohonnya tinggi, buahnya sebesar bola tennis atau agak kecil sedikit.
3. Semasa aku masih kecil, ada pohon manggis di halaman belakang rumah, berhimpitan dengan pohon buah lain, seperti langsat dan kwini. Buah manggis selain dimakan buahnya, juga sering dipakai sebagai mainan tebak-tebakan. Tampuk manggis konon menunjukkan jumlah pasi di dalam buahnya.
4. Dulu kulit manggis suka direbus untuk obat sakit perut tradisional. Ternyata belakangan, kulit manggis ini diyakini dan telah diteliti, sebagai anti oksidan yang luar biasa. Malah penderita kanker dan HIV AID dapat disembuhkan dengan jus kulit manggis ini.
5. Nyatalah...bahwa buahh yang hitam legam dan tidak indah dipandang memiliki manfaat yang luar biasa.
6. Apa yang bisa kita pelajari dari buah manggis ini ?
7. ...( Istirahat dulu aach...di FX niiih...03/08/2011 11:05:46)

Tidak ada komentar: