Selasa, 11 Oktober 2011

Art-Living Sos 2011 (A-10 Tak Ada Rotan

Dear Allz,

Sssttttt….apa kabaaarrr ??? Mumpung saya lagi rajiiiin nih…jadi sekarang mau ngobrol lagi. Menjelang hari Senin…menjelang awal minggu…Semoga teman dan sahabatku semua dalam keadaan sehat dan ceria, ya…

Biasanya nih…awal minggu, hari Senin, kita suka malas-malasan. Rasanya badan dan jiwa masih tertinggal di akhir pekan. Memang betul, beristirahat itu perlu setelah kita menggenjot tenaga selama sepekan. Tapi ingaaaat, tidak ada akhir pekan, kalau tidak ada hari Senin. Sama juga, tidak ada ada akar, kalau tidak ada rotan… Hehehe…itu pepatah nyeleneh. Aslinya sih bukan begitu, ya ?

Naaaaah, mumpung ini masih menjelang dan awal minggu, saya jadi ingin berbagi cerita ringan tentang rotan. Iya, kenal rotan kan ? Saya ingat juga ada satu lagu mengenai rotan . Hela rotan. Masih ingat ?

hela hela rotane rotane tifa jawa
jawae bebunyi
rotan rotan sudah putus sudah putus ujung dua
dua baku dapae
rotan rotan sudah putus sudah putus ujung dua
dua baku dapae


Sambil menyanyi lagu Hela Rotane, mari kita ngobrol sedikit tentang rotan. Setuju kah ?

Mariiiii…kita duduk rame-rame…dan kita nikmati bersama.

Jakarta, 9 Oktober 2011
Salam hangat,


Ietje S. Guntur

♥♥♥



Art-Living Sos 2011 (A-10
Start ; 10/8/2011 11:00:42 AM
Finish : 10/9/2011 4:57:00 PM


TAK ADA ROTAN


Hari Sabtu. Pagi-pagi. Setelah beberes urusan domestik, saya pun mengambil jeda . Me time ! Berleha-leha. Menikmati secangkir teh dan sekerat roti… hee…hee…asyiiiik nih. Tinggal cari bacaan saja. Majalah yang belum sempat dibaca . Ada beberapa . Saya bolak-balik sebentar. Tidak ada yang menarik. Lempar ke samping. Sekarang cari koran . Sudah beberapa hari saya hanya sempat menyapu judul-judulnya. Akhirnya mata tertambat pada berita tentang rotan. Halaah…ada apa lagi ini ? Pengrajin dari sentra rotan terbesar di Indonesia mengeluh karena kekurangan bahan baku rotan !

Degh !! Hati saya tergetar. Indonesia gitu loh ! Yang sudah menjadi salah satu penghasil rotan terbesar di dunia, bisa kekurangan bahan baku. Ada apa ?

Saya memandang berkeliling. Di rumah saya sekarang memang agak minim perabotan rotan. Hanya ada satu keranjang, satu tas, dan satu kursi kecil yang sudah lama. Padahal duluuuuu….

Ingatan saya melayang…jauuuh…ke masa kecil saya…

Ayah saya adalah penggemar berat perabotan dari rotan. Hampir seluruh ruangan di rumah kami selalu ada perabotan terbuat dari rotan. Sofa di ruang keluarga, kursi di teras, rak buku, buaian bayi ( saya pun pernah tidur di dalamnya ), bahkan ranjang tidur pun terbuat dari rotan. Itu belum termasuk keranjang, tikar anyaman yang menghampar di ruang keluarga dan menjadi alas untuk seperangkat kursi tamu , serta tempat duduk santai yang nyaris ada di setiap pojokan. Menurut ayah saya, rotan itu kuat dan ekonomis… hehehehe…( ini istilah ayah saya untuk mengatakan ‘murah’).

Saking hobbynya mengoleksi perabotan dari rotan, hampir setiap bulan ayah saya selalu mengajak saya ke tukang pengrajin rotan. Kadang hanya untuk melihat-lihat koleksi baru. Tapi tidak jarang juga beliau membuka dompetnya. Ada saja barang yang dibawa pulang. Entah kenapa, ayah saya selalu tergoda untuk membeli sesuatu dari rotan. Dan kalau tidak ada yang dibutuhkannya, maka beliau membeli pemukul kasur yang mirip dengan raket tennis, dari rotan juga…( seingat saya, di rumah ada tiga atau empat pemukul kasur…hihihiiii….).

Bila ibu saya menegur, karena rumah kami sudah mirip gudang penumpukan barang, ayah saya Cuma tersenyum dan berkomentar ,” Ya , kalau sudah kepenuhan, kasih saja sama siapa gitu !”…hihi…lucu bangeeett…Beli barang, akhirnya buat dibagikan lagi ke orang lain. Ya, memang begitulah keadaannya. Tidak jarang perabotan kami diangkut ke rumah teman atau sahabat ayah saya, karena di rumah sudah tidak ada tempat. Tapi tunggu…tidak sampai sebulan, saat ayah saya tergoda, maka perabot pengganti sudah muncul lagi di rumah kami !



Ngomong-ngomong soal rotan.

Tidak hanya di rumah kami saja rotan menjadi bagian dari perlengkapan rumah. Di banyak rumah, terutama di Sumatra pada era tahun enampuluh hingga tujuhpuluhan, banyak perabotan rumahtangga terbuat dari kerajinan rotan . Apalagi hutan di Sumatra cukup banyak menghasilkan rotan, sehingga bahan baku mudah didapat .

Selain bahan baku yang mudah didapat dan harganya ekonomis, bahkan dapat dikatakan murah sekali, sifat rotan yang lentur dan mudah dibentuk menjadikan rotan sebagai pilihan yang tepat untuk membentuk berbagai perabotan. Rotan yang besar-besar diameternya dapat dijadikan kerangka kursi atau tempat tidur, sedangkan rotan yang kecil dan halus dapat dianyam untuk menjadi lembaran yang dibentuk untuk berbagai keperluan.

Saya ingat. Di rumah kami ada kursi kayu terbuat dari jati, yang alasnya dibuat dari anyaman rotan. Kursi itu enak diduduki karena jok alas duduknya dibuat dengan anyaman renggang. Yang jadi masalah, di celah-celah anyaman itu sering bersarang laba-laba dan sahabatnya kepinding atau tumbila. Jadi deeeh…sejak saya bisa melakukan tugas domestik, maka urusan membasmi tumbila dan sarang laba-laba di jok kursi merupakan keahlian saya…hiiks…

Selain itu, perabotan yang paling saya kenal terbuat dari rotan adalah pemukul kasur. Hampir setiap hari saya beraksi dengan pemukul kasur itu. Selain untuk membuat kasur kapuk menjadi empuk dan gembur, pemukul kasur juga bisa dimanfaatkan untuk mengait buah jambu dan rambutan di halaman. Ujungnya yang berpilin cukup kuat untuk menjadi alat pengait, dan biasanya cukup aman sehingga rambutan dan jambu tidak rusak karena tersangkut.

Rotan ini memang murah meriah.

Ada satu masa, ketika rotan menjadi primadona karena model dan bentuknya sangat variatif. Saat saya dan seorang sahabat menjadi anak kos di Jakarta, kami membeli rak rotan berwarna coklat tua, untuk tempat menyimpan barang-barang di kamar kos kami yang tidak terlalu luas. Saya juga pernah membeli kaca cermin yang bingkainya terbuat dari rotan. Bentuknya unik dan artistik . Tapi sayang, bukan hanya saya yang menyukai bentuknya. Sekawanan pencuri yang menyatroni rumah saya juga berminat terhadap cermin itu. Jadi deeeh…dia membawa oleh-oleh cermin berbingkai rotan dari rumah saya.



Berbicara mengenai rotan, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai hasil hutan rotan merupakan salah satu pilar ekonomi bagi Indonesia. Hampir seluruh hutan belantara di Indonesia ditumbuhi oleh rotan. Bahkan di Kalimantan, di kalangan suku Dayak, rotan merupakan pilar ketahanan ekonomi rakyat. Rotan yang terdapat di hutan-hutan, menjadi penopang kehidupan rakyat, sekaligus menjadi bagian dari adat istiadat masyarakat setempat.

Ada lagi. Rotan tidak hanya kita kenal sebagai perabot rumahtangga. Di beberapa daerah dikenal juga masakan terbuat dari rotan. Halaaah !! Hebat betul . Tentu saja rotan yang diolah menjadi masakan, semacam sayur gulai ini terbuat dari rotan muda yang masih lunak. Dan konon kata yang sudah pernah mencicipinya, sayur rotan ini lezat cita rasanya. Saya sendiri belum pernah mencicipinya, tapi suatu saat bila saya berkesempatan berkunjung ke Kalimantan, saya akan berwisata kuliner, dan mencicipi sayuran rotan ini…hmh…nyam…nyam…

Yang sudah pernah saya cicipi dari rotan adalah buahnya. Memang tidak lazim orang menyantap buah rotan. Tetapi di beberapa daerah di Sumatra, buah rotan yang mirip salak ini memang dimakan. Rasanya agak asam kelat, mirip buah salak yang muda. Dicocol dengan garam dan irisan cabe rawit , atau digerogot begitu saja rasanya sudah mantap…hahaha…ketahuan banget kalau saya ini termasuk pemakan segala tanaman ya…hihi…Memang begitulah adanya, kalau menjadi anak yang dibesarkan di dekat rimba belantara. Apa saja yang berbuah dari pohon, pasti disantap dengan nikmat.

Di daerah lain, buah rotan ini tidak lazim menjadi buah santapan atau buah cemilan, karena memang agak sulit diperoleh. Jangan membayangkan pohon rotan seperti pohon kelapa atau pohon rambutan. Pohon rotan ini, walaupun termasuk keluarga besar palma jenis salak, atau nama kerennya adalah Calameae dari keluarga besar palma, tapi sama sekali tidak mirip pohon kelapa atau pohon salak. Hanya daunnya saja yang agak mirip pohon salak, dan buahnya juga berkulit agak bersisik seperti salak, tetapi caranya tumbuh sangat berbeda. Pohon rotan tumbuh bergelayut dan bergantung pada tanaman lain, seperti tali panjang berduri. Dengan duri inilah ia memanjat, kemudian tumbuh menjulur seperti tali yang kuat. Sebatang rotan dapat tumbuh hingga ratusan meter. Dan uniknya di dalam batangnya terkandung air, yang dapat kita minum untuk bertahan hidup di alam bebas. Itu sebabnya para petani rotan dapat masuk ke dalam hutan selama beberapa waktu tanpa kuatir kekurangan air minum….Luar biasaaa…!!



Melihat keranjang rotan di ruangan kerja saya, bekas wadah parsel lebaran, saya merenung.

Sebatang rotan yang sederhana, begitu banyak fungsi dan pengaruhnya bagi kita. Walaupun ada pepatah ‘Tak ada rotan, akar pun jadi’, namun tetap saja rotan menjadi primadona . Okelah, dalam beberapa hal akar dapat menjadi pengganti. Tetapi nilai keindahan, nilai budaya dan nilai ekonomis yang diusung oleh rotan belum terganti oleh akar maupun tanaman bahan baku lainnya.

Saya selalu kagum pada rotan. Ia membawa semangat, harus menjadi nomor satu. Menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sekitarnya. Bermanfaat, dari mulai batangnya, buahnya, bahkan air di dalam batangnya. Bukan tidak mungkin pula suatu saat ditemukan manfaat lagi dari duri dan daun-daunnya. Siapa tahu ? Masih banyak yang belum tergali dari dirinya.

Seperti kita juga. Masih banyak hal yang belum tergali dari diri kita. Masih banyak yang harus kita pelajari dari diri kita. Agar lebih bermanfaat bagi lingkungan. Agar lebih bermanfaat bagi kehidupan ini.

Bahkan sebatang rotan pun dihadirkan di dunia ini dengan begitu banyak manfaat. Bagaimana dengan kita ?


Jakarta, 9 Oktober 2011

Salam hangat,


Ietje S. Guntur

Special note :
Terima kasih untuk Pa tersayang…yang telah mengajak aku ke pengrajin rotan dan belajar dari rotan. Juga adikku tersayang Titun, yang menjadi peneliti dalam bidang rotan…Dan sahabatku Dini , teman senasib di tempat kos yang ajaib…ingat waktu beli rak rotan di Pancoran ??? hahaha…pengalaman yang lucu banget…Terima kasih sudah menjadi inspirasi kehidupan dan tulisan ini….I love U allz…

♥♥

TAK ADA ROTAN…
Ide :
1. Berita dari suratkabar mengenai pengrajin perabotan yang kekurangan bahan baku rotan. Sementara di sisi lain ada stok rotan yang menumpuk. Sebuah ironisasi.
2. Peraturan pemerintah mengenai ekspor rotan, pembatasan ekspor rotan mentah, karena tidak meningkatkan nilai jual.
3. Rotan adalah hasil hutan Indonesia yang sangat dibutuhkan terutama untuk industry perabotan.
4. Apa makna rotan bagi kehidupan ini ?
5. Seperti kata pepatah, tak ada rotan akar pun jadi. Berarti rotan tetap menjadi primadona dibandingkan akar penggantinya.

Tidak ada komentar: