Minggu, 26 September 2010

Art-Living Sos 2010 (A-9 Musang-spirator

Dear Allz...

Hallloooowwww....sahabat-sahabatku....lagi ngapain ? Heeemmm....lagi santai ? Atau sedang sibuk berbenah seusai lebaran ? Apa pun yang sahabatku lakukan, semoga semuanya dalam keadaan sehat dan segar bugar ya....

Hari ini...mumpung menjelang akhir pekan, kita bersantai dulu ya...Setelah hiruk-pikuk lebaran....setelah hiruk-pikuk suasana mudik...setelah heboh karena asisten di rumah juga mudik dan pulkam...pulang kampung....barangkali sudah saatnya kita menata kembali rutinitas dan melangkah ke depan.

Naaaah, mumpung sedang dalam suasana yang lebih santai, kita ngobrol yang berbeda dulu. Biasanya kita ngobrol tentang makanan dan kehidupan sekitar kita, kali ini saya mau cerita yang lain dari yang lain. Tapi tetap berkaitan dengan kehidupan yang cukup dekat dengan kita. Ceritanya adalah tentang musang...hehehe...

Ssstttt....jangan takut. Musang memang hewan yang bagi sebagian orang merupakan mahluk aneh dan menakutkan, tapi itu semua karena kita tidak terbiasa. Tetapi kalau kita sudah tahu apa gunanya musang di dalam kehidupan kita...barangkali kita akan punya pandangan lain mengenai salah satu mahluk unik ciptaan Tuhan ini....Tidak mungkin Tuhan menciptakan sesuatu kalau tidak ada gunanya...dan di sinilah kita belajar, bahwa musang punya peran luar biasa bagi penggemar kopi dan kolang-kaling....halaaah....

Oke deeeh....agar tidak penasaran berkepanjangan, kita duduk santai dulu...siapkan secangkir kopi atau teh...atau es manisan kolang-kaling....dan selonjorkan kaki...

Hmmm....siap berpetualang bersama si Musang ? Ayoooooooo.....c’mooonnn.....


Jakarta, 17 September 2010

Salam sayang ,


Ietje S. Guntur


♥♥♥

Art-Living Sos 2010 (A-9
Rabu, 15 September 2010
Start : 15/09/2010 16:47:32
Finish : 16/09/2010 8:46:29



MUSANG-SPIRATOR


Sore-sore, di kantor. Mata saya terasa berat. Ibarat lampu sudah nyaris tinggal 5 watt...hiks hiks...Saya menoleh ke jam besar yang tergantung di dinding. Olala...ternyata ini memang saatnya minum kopi....hehe...

Saya lantas ingat, masih punya persediaan kopi istimewa, yang saya beli beberapa waktu lalu. Kopi luwak asli....hmmmh...Jadi deeeeh....sore yang hangat semakin nikmat dengan hidangan secangkir kopi. Sambil duduk menyelesaikan sisa-sisa pekerjaan hari itu, saya menyesap kopi dengan mata merem melek...ahaaaa....sedaaapp....

Saya memang penggemar kopi. Sejak kecil saya doyan meminum kopi, dengan aneka cita rasa dan campuran. Tapi tetap saja....kopi yang paling saya sukai adalah kopi tubruk yang diseduh tanpa disaring....Apalagi minumnya sambil nongkrong melamun, dan kopi tubruk mengalir pelan melalui tenggorokan. Rasanya dunia akan berhenti berputar sejenak, lalu inspirasi pun mengalir deras ke segala penjuru...hehehe...

Saya tidak sendirian . Bagi para pencinta kopi...atau para kopi-mania, kopi memang dipercaya bisa merangsang peredaran darah dan melancarkan inspirasi. Tapi ada juga sisi lain yang membuat saya harus menahan diri. Gara-gara keranjingan minum kopi, saya pernah sakit perut kebanyakan kopi. Pernah juga melek dua hari dua malam setelah meneguk bergelas-gelas kopi ketika nonton wayang kulit semalam suntuk . Sekarang, sejalan dengan pertambahan umur, saya pun agak bertobat sedikit...Minum kopi dikurangi, tapi untuk kopi luwak tetap ada tempat khusus di hati...hmm...



Berbicara tentang kopi luwak, barangkali ada beberapa orang yang tidak tahu bahwa luwak adalah musang.

Dan kopi luwak adalah kopi yang diproses dari biji buah kopi yang sudah dimakan oleh musang, lalu dikeluarkan bersama kotorannya. Setelah dibersihkan, kopi diproses seperti biasa. Dijemur, digongso atau digongseng tanpa minyak, dan kemudian digiling atau ditumbuk sesuai selera. Karena prosesnya yang panjang dan unik, jadinya kopi luwak berharga sangat mahal.

Tidak hanya itu yang menyebabkan kopi luwak mahal harganya. Si Musang yang menjadi ‘pabrik’ biji kopi ini adalah hewan pemilih. Dia tidak mau sembarang menyantap biji kopi. Dia akan memilih yang betul-betul matang, dan tentu saja kualitasnya sangat baik. Itu sebabnya, dahulu kopi luwak hanya dihasilkan oleh daerah-daerah yang memiliki lingkungan baik dan terjaga, karena musang pun tidak suka daerah yang berisik dan tidak ada makanan yang memadai untuk kehidupannya.

Belakangan, karena tuntutan industri , terutama dari para penggemar kopi seperti saya, musang-musang ini sengaja dipelihara dan diberi makan biji kopi pilihan. Musang itu seperti kebiasaannya yang alamiah , akan menyantap biji kopi, lalu mengeluarkannya lagi bersama dengan kotorannya. Begitulah....kita sebagai konsumen tinggal duduk santai menikmati secangkir kopi luwak, yang tak lain tak bukan adalah produksi akhir dari proses metabolisme Si Musang.

Sekarang, bukan hanya di dalam negeri, kopi luwak produksi si Musang ini pun terkenal di manca negara. Bahkan dalam sebuah film, nama kopi luwak disebut-sebut sebagai kopi paling enak di dunia...ahaaa...



Cerita tentang musang atau luwak, yang nama gaulnya di dunia ilmiah adalah Paradoxurus hermaphroditus tak berhenti hingga di industri kopi.

Musang pun erat hubungannya dengan kolang-kaling atau buah atap. Bagaimana bisa ?

Begini...Musang yang bisa hidup luwes di hutan, di ladang dan diperkotaan juga suka menyantap buah dari pohon enau. Dan ternyata pohon enau atau pohon kawung yang menghasilkan buah kolang-kaling dapat berkembang-biak berkat bantuan para balatentara musang, yang gemar mengemut buah-buah dari pohon enau atau pohon kawung . Bagi musang enak saja mengemut buah tersebut, padahal bagi kita kalau tidak berhati-hati bisa menimbulkan gatal-gatal bila tidak diproses sempurna. Ingat saja cerita saya tentang kolang-kaling...hmm...

Nah, berkat musang-musang ini maka biji-biji buah enau yang sangat keras dapat tumbuh di area yang luas. Maklum saja kan, musang itu sehabis makan biasanya juga sering berlompatan kian kemari. Mereka memiliki wilayah operasional dan pergaulan yang cukup luas, sehingga dengan bantuan mereka perluasan tanaman enau pun dapat berkembang dengan cepat.



Ngomong-ngomong tentang musang...ehhh...saya mau cerita sedikit nih. Walaupun tidak lumrah, boleh dikatakan keluarga kami cukup akrab dengan hewan ini, bahkan kami pernah punya peliharaan musang. Sungguh !

Ketika ayah kami ditugaskan di Sumatra dan bertempat tinggal di Tanjung Balai, halaman rumah kami cukup luas untuk memelihara berbagai jenis hewan. Ibu saya yang memang penyayang binatang, akhirnya menerima tawaran seorang kenalan untuk menerima hibah seekor musang untuk dipelihara. Sebetulnya kasihan, karena musang biasanya lepas bebas di pohon-pohon. Di halaman rumah kami pun banyak pohon yang dihuni oleh beberapa ekor musang. Itu diketahui dengan tersebarnya aroma mirip daun pandan bila ia menandai wilayah kekuasaannya.

Si Musang peliharaan kami yang hanya sendirian , cukup lama juga terkurung di kandang. Sampai suatu hari kami melepaskannya ke halaman dan dia lari ke atas pohon, bersatu dengan teman-temannya yang lain. Sejak saat itu, si Musang selalu hilir mudik, di antara pohon-pohon dan kadang turun ke halaman. Karena sudah merasa akrab, pernah juga dia masuk ke dapur, mencari makanan...Barangkali dipikirnya , dapur juga termasuk teritori kekuasaannya...hehehe...

Ibu saya mengajarkan, bahwa hewan seperti musang juga ada gunanya. Walaupun kadang ada musang yang silap mencuri anak ayam, tetapi selainnya musang dapat hidup dari makanan yang diperolehnya di alam bebas. Dia cukup doyan makan hewan-hewan kecil – termasuk tikus, dan buah-buahan. Itu sebabnya secara alamiah ia turut melestarikan pertumbuhan pohon buah-buahan di berbagai tempat yang dilaluinya.

Di sisi lain, mungkin karena mudah menyelinap kemana-mana, dan kadang dapat mengelabui induk ayam di kandangnya, timbul pula pepatah yang menyebutkan ‘bagai musang berbulu ayam’ ...aaah.. Padahal kan bukan salah si Musang, ya ?
Oya...satu lagi. Tak lengkap kita cerita tentang musang, kalau tidak mencuplik sedikit kisah keluarganya. Keluarga besar musang ini sebetulnya banyak jenisnya. Selain famili musang luwak yang kita kenal sebagai produsen kopi kelas satu, ada lagi musang akar yang tinggal di hutan ( kita pasti jarang melihatnya, kecuali para penjelajah hutan ), musang rase yang hanya ada di Sumatra dan Jawa ( ingat cerita si Rase...nah ini dia tokohnya ), musang tenggalung yang khas semenanjung Malaya dan Kalimantan, musang galing ( ini saya belum pernah lihat , barangkali ada di koleksi Kebun Binatang Ragunan ), musang binturung yang tubuhnya lebih panjang, dan lingsang...Nah yang terakhir ini ada di Ancol, menjadi bintang panggung di pentas aneka satwa.
Tidak dapat dielakkan saya jatuh cinta pada si Musang , dan sejak itu selalu merindukan musang yang hidup di pohon-pohon. Di mana pun berada, saya selalu berharap ada musang yang hidup di sekitar rumah saya . Beruntung, ketika pertama kali tinggal di kawasan selatan Jakarta, di rumah kami ada sepasang musang yang sering berlarian di atas atap dan di pohon. Sekarang pun di halaman rumah kami , selain tokek yang setiap malam selalu berbunyi dengan riangnya, juga ada musang yang sering hilir mudik di pohon buah-buahan dan atap rumah kami.

Tidak jarang, musang di rumah saya suka iseng. Ketika saya sedang bekerja atau menulis di malam hari dan duduk di depan komputer sambil membuka jendela ruang kerja, si Musang pun mengintip sambil mendengus-dengus. Kadang saya berikan pisang atau rambutan, kadang-kadang juga buah-buahan yang lain. Awalnya si Musang agak ragu-ragu, tapi ketika dirasanya situasi cukup aman, maka hidangan buah-buahan yang saya sediakan pun akan dibawanya ke tempat persembunyiannya...hehehe...



Menyesap segelas kopi luwak yang hangat, saya jadi merenung....

Musang atau luwak hanyalah hewan yang biasa hidup di alam bebas. Tetapi di dalam kebebasannya itu, dia tetap tunduk dan patuh pada hukum alam. Dia pun memiliki selera tinggi dalam memilih makanannya, sehingga hasil metabolismenya menjadi standar tinggi untuk seni minuman kopi.

Tak hanya itu, berkat kegemarannya menyantap buah-buah yang berkualitas, termasuk buah yang sulit ditanam dengan cara biasa, maka kita dapat menikmati kolang-kaling dan hasil lain dari pohon enau., seperti ijuk, lidi, atap, bahkan minuman nira dan gula aren. Sungguh, berkat aktivitas si Musang, maka sebuah mata rantai kehidupan terus berlangsung secara berkesinambungan.

Aaaah...seandainya saja kita mau belajar dari Si Musang-spirator...dia tidak pernah menebar janji, tapi dia selalu menjalankan amanah dan berperan aktif di dalam kehidupan ini....



Jakarta, 16 September 2010
Salam sehangat kopi luwak....


Ietje S. Guntur

Special note :
Terima kasih buat Mama yang selalu mengajarkan tentang kehidupan dari hal-hal sederhana yang nyata...terima kasih atas inspirasi dan cinta kasih sepanjang perjalanan hidup ini...I love U, Ma...

♥♥♥

Tidak ada komentar: