Senin, 20 Juli 2009

SETELAH BERADA DI PUNCAK

FB-Note 2009

SETELAH  BERADA  DI PUNCAK....

Ide itu tiba-tiba melintas di kepala saya. Setelah berada di puncak, kita terus mau kemana ? Iya...ya...mau kemana ?

Duluuuu....ketika saya masih remaja, ketika saya sedang gila-gilanya naik gunung , seorang kerabat pernah bertanya : “Ngapain kamu naik-naik gunung begitu ? Kalau sudah di atas, terus mau ngapain? Turun lagi ? Laaah...ngapain naik-naik ke puncak gunung, kalau nanti toh akan turun lagi.”

Saya pikir, ada juga benarnya pendapat kerabat saya itu. Tapi kenapa, setiap kali melihat ada bukit atau gunung di depan mata, rasanya kaki ini kepengen aja naik ke sana. Merayap-rayap, merambat-rambat, dan kadang harus bergelantungan, untuk mencapai puncaknya. Dan di puncak, kadang tidak menetap lama...Setelah lihat kiri dan lihat kanan...setelah istirahat sejenak...setelah mengucapkan syukur ke HadiratNya, bahwa masih diberi kesempatan dan kekuatan untuk mencapai puncak, ya sudah...turun lagi...

Begitu berulang kali...

Saya juga pernah bertanya kepada teman-teman yang nggak boleh melihat gunung menganggur di depan mata...hehe...Jawabannya Cuma satu ,”Ya, enak aja ke atas gunung. Ada perasaaan yang gimana...gitu...Perasaan puas sudah bisa mencapai sebuah target...”

Nah, itulah dia...

Perasaaan gimana...gitu !!! (sulit untuk diterjemahkan...gimana gitu-nya...hehehe...soalnya ini bahasa rasa...bahasa ekspresi..). Perasaan takut, was-was, kesal, panik yang larut menjadi perasaan puas, perasaan meluap, perasaan bahagia yang tidak bisa dibuat skala ukurannya....ketika kita sudah mencapai sebuah titik puncak, dan berada di sebuah ketinggian yang kita targetkan sejak awal.

Proses mencapai puncak, adalah proses perjuangan yang kadang tidak terpikirkan oleh kita. Walaupun sudah berkali-kali menjalani proses yang sama, tetapi setiap kali selalu ada perbedaan dalam prosesnya. Hari ini proses itu agak mudah dan tidak banyak halangan. Besok proses itu lebih sulit dan banyak kendala. Lusa proses itu lebih sulit lagi, dan nyaris tidak terlampaui. Kadang malah terbalik, hari ini sulit tetapi semakin lama semakin mudah dan tidak ada halangan.

Proses mencapai puncak, adalah proses mengolah kemampuan...proses menentukan target...proses belajar dan mengukur kemampuan diri...proses mengolah pengalaman masa lalu, untuk mendapatkan pengalaman baru yang memperkaya hidup ini...

Itulah yang saya dapatkan dalam setiap proses mencapai puncak. Kita yang harus bergerak ke titik tinggi yang kita tentukan. Kita yang harus berusaha untuk mencapai tujuan. Tidak bisa dibalik...titik tujuan itu yang datang menghampiri kita...

Seorang pendaki gunung, adalah seseorang yang tangguh. Tidak manja. Dia mandiri, sekaligus dapat bekerjasama di dalam sebuah tim. Ada kalanya dia harus berjuang sendiri, merayap-rayap atau bergelantung. Tapi ada saatnya, berpegangan tangan, saling mengulurkan tali pertolongan adalah satu-satunya cara untuk selamat dan tiba di puncak. Di dalam proses ini, semua ego harus dilebur.

Kemandirian tak berarti kesendirian. Kerjasama kelompok, saling dukung dan saling bantu, adalah proses perjuangan yang butuh kerendahan hati. Satu untuk semua, dan semua untuk satu, adalah salah satu filosofi para pendaki gunung. Keberhasilan satu orang, tanpa dukungan kelompoknya, tidak kan terjadi. Begitu pula, keberhasilan kelompok, adalah juga keberhasilan kita juga. Satu perjuangan. Satu rasa.....yang “gimana gitu” tadi...

Barangkali, proses menguji kemampuan diri, proses melebur ego, proses menyatu dengan lingkungan itulah yang membuat saya, dan banyak penggila gunung lain yang tidak pernah puas belajar dari alam. Setiap kali setelah berada di puncak, setiap kali setelah melihat ke kiri kanan...tak hanya pemandangan alam yang dinikmati. Tapi lebih dalam lagi...beyond the journey...kita mendapatkan kepuasan batin yang luar biasa...dan terungkap dalam satu kata ‘ternyata aku bisa’...’ternyata kami bisa’....

Seyogyanya perjalanan ke puncak gunung itu tidak semata-mata perjalanan fisik, membawa langkah kaki dan memanggul perlengkapan untuk bertahan hidup. Perjalanan ke puncak gunung adalah sebuah perjalanan batin. Perjalanan ujian. Yang membuat hidup ini semakin kaya, dan selalu bersyukur... karena masih memperoleh kesempatan untuk belajar dan meng-alam-i...Karena masih memperoleh kesempatan untuk menguji diri...menjadi lebih kuat dan mandiri...

Kembali ke bumi...eeeh...kembali ke dunia nyata yang berada di dunia ‘datar’...saya melihat banyak puncak-puncak gunung di sekitar saya. Puncak gunung karier...puncak gunung jabatan...puncak gunung kekayaan...puncak gunung keilmuan...puncak gunung berkeluarga....dan banyak lagi...

Yang menjadi pertanyaan : Setelah berada di puncak, kita mau ke mana ? Kita mau ngapain ?

Apakah kita bisa, seperti saat mendaki gunung yang sebenarnya...Kita turun lagi...pelan-pelan...dan mencari gunung lainnya untuk didaki...dengan membawa pengalaman batin yang bermanfaat bagi kehidupan selanjutnya...

Semoga saja...


Jakarta, 20 Juli 2009
Salam hangat,

Ietje S. Guntur

Special note : thanks untuk semua sahabat gunung...di mana pun berada...Kenapa gw tiba-tiba jadi ingat Othniel, Bima, Haar, Herry, Kancil, Anton, Iskandar, Ade, Chairal, teman-teman di Pramuka Bhayangkara (Medan)...woooww...campur aduk semua deeh... thanks buat spiritnya yaaachhh...Masih kuat mendaki gunung lagi gak ??? hehe...


Start : 20/07/2009 8:58:06
Finish : 20/07/2009 9:21:41