Selasa, 19 Februari 2008

Seekor Tupai menyapaku...


2/17/2008 7:05 PM

SEEKOR TUPAI MENYAPAKU….

Pagi baru beranjak dari jam sembilan. Langit agak mendung. Matahari malu-malu bersembunyi di balik awan. Saya asyik berjalan kaki mengelilingi kampus Universitas Chulalongkorn yang terletak di jantung kota Bangkok, Thailand. Pohon-pohon yang rimbun menaungi jalan setapak. Menyejukkan. Saya memutar mata…memandang berkeliling. Lapangan rumput yang hijau. Kolam air mancur yang hening. Dan burung-burung merpati yang asyik menelisik sayap di tepi kolam.

Saya melanjutkan perjalanan.

Menyusuri jalan setapak yang resik. Berselisih jalan dengan serombongan mahasiswa yang penuh semangat memacu langkah.

Celoteh mahasiswa yang berseragam atasan putih dan bawahan hitam terdengar lembut memecah keheningan pagi. Tawa ceria khas remaja. Riang bebas. Tapi dalam tutur yang mengalun lembut.

Tunggu dulu. Lelah kaki ini ingin beristirahat sejenak. Di bawah naungan pohon-pohon. Di teras batu yang mengantarai lapangan hijau dengan teras plaza yang dilapis ubin berwarna gelap massif. Duduk diam sambil menatap kesegaran pagi dan semangat yang menyala dalam setiap gerak mahasiswa yang hilir mudik.

Lalu pandangan mata ini terpaku. Seekor tupai berekor keemasan melompat kian kemari di atas dahan. Menari riang sambil celingukan mencari makanan untuk sarapan. Sejenak kami bertatapan. Matanya yang bundar bercahaya menatap tajam. Ia menyeringai. Mungkin maksudnya ingin tersenyum. Dan mengucapkan selamat datang.

Saya tertegun. Kagum. Di kampus yang berada di tengah kota ini tupai-tupai masih dapat berlarian dengan gembira. Bercengkerama bersama burung-burung merpati, burung tekukur dan burung gagak yang menggaok-gaok di puncak gedung. Sungguh sebuah harmonisasi yang indah. Yang menyisipkan pesan damai.

Saya berjalan lagi.

Merenungi setiap langkah yang dilewati. Sungguh saya beruntung pagi ini. Ketika seekor tupai menyapa, dan mengucapkan selamat pagi. Ketika burung merpati menari sambil menelisik sayap. Ketika burung gagak bergaok-gaok di puncak gedung. Ketika burung tekukur mendengkur malu di ranting-ranting pohon bunga kamboja. Ketika bunga lotus terangguk-angguk di tengah kolam.

Begitu banyak yang saya lihat. Begitu banyak yang saya dengar. Begitu banyak aroma yang saya hirup. Dan semuanya, bermuara pada satu titik. Keharmonisan dan keseimbangan.

Saya menghela nafas panjang. Bersyukur. Masih memiliki kesempatan untuk menikmati perjalanan ini. Masih memiliki kesempatan untuk menikmati keindahan ini. Masih memiliki kesempatan untuk menikmati semua cinta dan kedamaian ini.

Salam damai dari kampus Chulalongkorn…

Bangkok, 13 Februari 2008

Ietje S. Guntur

Kamis, 07 Februari 2008

JEMBATAN YANG TERPUTUS...


JEMBATAN YANG TERPUTUS.....


Jembatan ini ada di Taman Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta Utara.

Jembatan ini terletak di atas rawa-rawa bakau dan pohon pidada, untuk menghubungkan satu titik dengan titik lainnya...agar kita menjadi nyaman berkelana di bawah kerimbunan pohon-pohon yang masih dapat tumbuh bebas di hutan lindung ini.

Beberapa bulan sebelumnya, jembatan ini masih dapat dilalui. Walaupun beberapa kali terendam oleh air pasang maupun banjir dari sungai-sungai di Jakarta, tapi dalam beberapa waktu jembatan ini masih dapat dilalui.

Hari ini, Sabtu...2 Februari 2008...jembatan ini terlanda pasang dan beberapa bagian dari bilah papan penahan jalan ikut tergerus air dan hilang. Akhirnya jembatan ini menjadi ompong. Kedua ujung tidak bersambung. Terputus....

Tragis !

Tapi begitulah kehidupan ini. Kadang ada pasang. Kadang ada surut. Kadang ada banjir. Kadang ada kering. Kadang-kadang menyambung...Kadang-kadang terpisah.

Kita perlu jembatan. Untuk menghubungkan sesuatu yang berada di belakang dengan yang ada di depan. Kita perlu jembatan. Untuk menghubungkan masa lalu dengan masa depan. Kita perlu jembatan untuk mengantarai jejak-jejak perjalanan.

Seandainya suatu hari jembatan kehidupan kita terputus.
Apa yang akan kita lakukan ?

Kita dapat melalui jalan itu...hanya dengan satu cara...Melangkah...
Kita hanya dapat melangkah dengan satu cara...Bergeraklah...
Kita hanya dapat bergerak dengan satu cara...Berenergilah...
Kita hanya bisa berenergi kalau kita punya satu kekuatan...CINTA....

*

Jakarta, 7 Februari 2008

Salam sayang dari GALERI CINTAKU....


Ietje S. Guntur